Saturday, August 18, 2018

Threshold Concepts

Redhead, K.J. (2012) Development of personal finance as an academic discipline. PhD thesis. Coventry: Coventry University. p. 27-28

Threshold concepts are ideas that transform a person’s thinking (Meyer and Land, 2005). When a
threshold concept is successfully communicated to someone that person acquires a new way of
understanding, interpreting, or viewing something. Threshold concepts are transformative, in that they
occasion significant shifts in the perception of a subject. They are also likely to be integrative, in that
they expose relationships between subjects. The process of developing an understanding of a threshold
concept gives the person a new way of interpreting events and situations. Arguably education should
aim to communicate threshold concepts.
Every discipline has its own threshold concepts that are essential for students to understand.
Understanding the threshold concepts is necessary if someone wants to be able to think like a
professional. There is a distinction between learning engineering and thinking like an engineer, or
learning economics and thinking like an economist. When a person is able to think like an engineer or
think like an economist then that person is capable of being an engineer or an economist. A student
first learns about personal financial advice, then develops the ability to think financially, and then can
become an effective personal financial adviser. Threshold concepts are more than just learning; they
transform a person’s way of thinking and significantly change the person. It is not necessarily easy to
identify the threshold concepts of a discipline. The identification of threshold concepts may require the
assessment of a consensus opinion, for example by means of questionnaire-based surveys as used by
Shea and West (1996) in relation to topical areas in industrial engineering. Since personal finance is
not yet widely taught (beyond professional training programmes) such a consensus is not yet available.
People can be resistant to changing the way they think, and can therefore be resistant to threshold
concepts. Threshold concepts change the way a person looks at matters, and thinks about those matters.
This can be disconcerting, particularly if it leads to the person questioning previous practice or is
inconsistent with strongly held beliefs. Confirmation bias causes people to be unwilling to accept new
ideas if those ideas conflict with existing opinions. For these reasons people who have earned a living
from financial advice for many years may be reluctant to engage with threshold concepts. Resistance to
a threshold concept may be stronger if the student has to work hard to understand it. For such reasons
threshold concepts are often regarded as troublesome knowledge. The articles in the Journal of
Financial Planning (2009) and the Journal of Financial Service Professionals (2010 and 2011) show
the relevance of behavioural concepts to personal financial advice and hence demonstrate that it is
worth the effort (and perhaps mental trauma) of acquiring some threshold concepts that arise from
psychology (such as the illusion of control and the confirmation bias). The articles in Money
Management (2010) showed the usefulness of threshold concepts from psychology, economics, and
mathematics for personal financial advisers. Personal Finance and Investments: A Behavioural
Finance Perspective (2008) showed the relevance of many threshold concepts to personal finance.

Wednesday, August 1, 2018

Mengenal "Literasi Dasar"

(Sumber: ig donasibuku.kemdikbud 1 Agt 2018)

1. Literasi Baca-Tulis
Literasi baca-tulis bisa disebut sebagai moyang segala jenis literasi karena memiliki sejarah amat panjang. Literasi ini bahkan dapat dikatakan sebagai makna awal literasi, meskipun kemudian dari waktu ke waktu makna tersebut mengalami perubahan.
Tidak mengherankan jika pengertian literasi baca-tulis mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada mulanya literasi baca-tulis sering dipahami sebagai melek aksara, dalam arti tidak buta huruf. Kemudian melek aksara dipahami sebagai pemahaman atas informasi yang tertuang dalam media tulis. Tidak mengherankan jika kegiatan literasi baca-tulis selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Lebih lanjut, literasi baca-tulis dipahami sebagai kemampuan berkomunikasi sosial didalam masyarakat. Disinilah literasi baca-tulis sering dianggap sebagai kemahiran berwacana.

2. Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisa informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara) dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat disekeliling kita.

3. Literasi Sains
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016).

4. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memberikan penekanan mengenai pentingnya inklusi finansial sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari literasi finansial. Pengertian inklusi finansial sendiri adalah sebuah proses yang menjamin kemudahan akses, ketersediaan, dan penggunaan sistem keuangan formal untuk semua individu.

5. Literasi Digital
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang pada dekade 1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja di lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat.
Namun, literasi informasi baru menyebar luas pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan melalui teknologi informasi berjejaring. Dengan demikian, mengacu pada pendapat Bawden, literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.

6. Literasi Budaya & Kewargaan
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad ke-21, Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial.

Wednesday, July 11, 2018

Chat ttg ikigai dalam Islam

Kita bilang, anak hs bisa jadi apa aja. Tapi seberapa luas ekspos yang mungkin diterima anak2 kita?
Seni, olahraga, teknologi, bisnis, oke itu kita banyak liat jadi pilihan bagi anak2 hs. Pada kenyataannya.
Terus biologi molekuler? Demografi? Spesialis bedah jantung? Bea cukai?
Aku ga kebayang gimana anak2 hs bisa memilih profesi yang perlu persekolahan dengan struktur yang ketat Kayak gitu.
Kalo pake sistem sekolah kan gampang.
Biasanya anak2 sekolah terekspos secara bertahap lewat mapel2 penjurusan.
Yang mana justru model ini ditinggalkan oleh banyak keluarga hs.
Lalu mereka memilih jurusan di kuliah. Meski dalam prosesnya kadang terpaksa kadang beli kucing dalam karung, tapi kondisinya mendukung. Artinya kebutuhan kita atas aeronautical analyst atau ahli hukum pidana terpenuhi oleh sistem persekolahan.
Coba bayangkan kalo nanti banyak keluarga milih homskul. Bisa2 kita kekurangan ilmuwan.
Kita (baca: aku 😜) selalu bilang, gapapa kok kalo anakku cuma jadi guru sd di kampung. Asalkan kau bahaaagiaaa... πŸŽ™
Kalo di sekolah, ekspos bisa dibilang merata. Dan berjenjang dengan jelas. Dari akuntansi hingga fisika, anak dapet semua eksposnya.
Anak hs jangan2 berbakat jadi ahli rekayasa genetika. Cuma karena ga diekspos jadi ga nemu panggilan hidupnya.
Selain itu, sekolah jelas lebih murah dibandingkan kita datengin ahli satu2, itu juga kalo ahlinya bersedia membagi wisdom ke anak kita. Namanya juga pabrikan yakan.
Jadi melihat tuduhan2 aku di atas, HS punya klaim apa atas solusi pendidikan bagi bangsa? Apa tanggung jawabnya supaya bangsa ini berdaya?
Jangan2 bisa jadi HS itu seperti tuduhan orang: keluarga2 yang hanya mikirin diri sendiri.
Lha ini pekerjaan yg mentjerdaskan kehidupan bangsa 😬 eh iya ga sih bu guru? #biartambahgalau
Jadi inget, dulu waktu At bilang dia boleh ga cuma jadi shrub ? (Shrub = semak2 yg dipangkas cantik sebagai penghias taman), jadi bikin merenung...
sekolah juga penting....
Klo ga dari dasar masalah kayanya emang bakal banyak pertanyaan deh ya
tergantung anaknya sih, ada yg HS malah anaknya jd bingung.. klo af kayaknya harus sekolah, karena dia kadang semangat kalau ada teman dan terjadwal. alhamdulillah sejak sekolah dia jd hafal nama2 mata pelajaran... πŸ˜ƒ
padahal anaknya pernah masuk koran, tim basketnya pernah jadi juara... Mayan kan punya prestasi... Kalau jadi aku mgkn lebih galau lagi kali ya, hihihi 😊
Emang ekspos yg rumit2 ga bisa tah Kak?
Aku sih yakinnya pasti ada jalan selam itu memang maslahat buat umat manusia, fardhu kifayah kitu
*selama
Pantesan kemarin sampe masuk koran seorang mantan HSer kerjanya dibidang blue collar (padahal perusahaan sendiri), dimana kedua orangtuanya profesor di kampus. Dia seumur hidup ga sekolah
Mgkn berat bagi para akademisi jika anaknya ga keliatan menonjol di bidang akademis (terutama kakek nenek dan sekitarnya)
Gimana mau galau yg berat-berat
Urusan kompetisi aja udah bikin puyeng
Cita2 sulung Emang pengen banget jadi ilmuan..
Jadi mikir.. Itu ilmuwan2 muslim dapet ilmu darimana yah.. Mereka kan gk sekolah khusus..
Einstein drop out
Klo kisah ulama2 dulu itu ya emang sejak kecil cinta ilmu. Imam nawawi aja sehari bs 12 majlis dihadiri.
Disini yah peran penting ortu mengenali fan menggali minat bakat anak. N berupaya memberikan hak mrk.
Jg mengajak n mempola anak agar bisa mengenali n mempola dirinya...
(hadeuh bhsnya ap gitu yah) pokoke intinya peran ortu kenali anak n anak kenal dirinya mau bgmn n spt ap.. Gitulah.
Jgn cuma ikut2an ap keg org sepertinya... Sepertinya.. Dan sepertinya...
Fan=dan( jempolny wajib diet)
Emaknya hrs lbh byk bljr lg ini yah.. Hmm jd tambah semangat cari ilmu baru nih...
Para ulama dulu gak sibuk mikirin nyari minat dan bakatnya deh kyny. Sibuk kejar ilmu dan nyari majelis ilmu. Urusan minat dan bakat mah nyusul aja. Ada yg akhirnya jadi penggembala, tukang jahit, petani kurma, pedagang minyak, juru tulis, pelancong, dll
Sy klo bicara minat bakat, kog jd kebentur dg ilmu yg fardhu ain.
Af udh terlanjur cinta dg origami, kreasi2 gitu, tp d sisi lain, dia slow bgt dlm hal pelajaran agama.
Sy kdng mikir, klo non muslim "enak" ya, tau bakat anak langsung difokuskan di situ, lah, klo kita Muslim masa anak lbh cinta ke yg fardhi kifayah, trs yg fardhu ain smpe gak kebagian waktunya.
Sy galaunya di situ πŸ™ˆπŸ™ˆ
Lah itu berarti mrk mengenali dirinya kan?
Gak cuma ikut2an org aj. Dan tau kewajibannya menuntut ilmu.
ah langsung meleleh πŸ˜πŸ˜‚
Pokoknya fardhu ain kudu beres, itu saya..
Dan mempelajari yg fardhu ain aja panjaaang perjalanannya.
Khususnya fiqih...
Buka nyari, tapi kenali. Bukankah salah satu ciri muslim jg utk mengenali dirinya? Jd tahu ap yg dibutuhkan?
*bukan
InsyaAllah kalau banyak tafakur akan kenal diri dan lingkungan. Fokus pada kewajiban menuntut ilmu. Kalau jago berantem insyaAllah akan jadi pasukan tempur juga nantinya.
Klo kami justru hrsnya tdk terbentur. Krn jk sdh tau fardhu 'ain yah wajib atuh dikuasai, stlhnya br mrk mau jd spt ap sdh ad dsr dulu yg kuat.
Mencari ilmu ya bukan ikut2an. Tapi fokus pada kewajiban itu insyaAllah akan membuka jalan kehidupan dimasadepan.
Sampai berapa luas?
Yang fardhu ain
Karena tidak berbenturan, maka tidak usah pusing mikirin minat dan bakat. InsyaAllah secara alamiah akan ketemu. Kalaupun terhalang ya insyaAllah gak dosa. Itu yg saya pahami.
Kalau ada anak gadis punya suara emas, lalu sibuk mengasah suaranya agar bisa menjadi penyanyi atau qiraah; menurut saya malah gak tepat. Dengan alasan minat-bakat ikut les nyanyi dan paduan suara. Potensi itupun menjadi ujian juga.
Ish siapa yg pusing mikirin minat bakat? Itu mah hrsnya alamiah saja berjalanny,,, natural. N jk ortu dekat dengan anak begitu pyla sebaliknya pasti ketemu kok jalannya. 😊
Semisal masalah akidah, halal-haram, kewajiban yang dibebankan kepada muslim, maupun larangannya...
Jadi pekerjaan hanyalah sarana untuk hidup aja yah.
Bukan bekerja mengikuti panggilan hidup atau apalah itu namanya.
Iman artinya yah..
Kalau kalimat ini bagaimana:
Tujuan penciptaan manusia, buat beribadah
Jadi visi itu cita2, sejalan sama panggilan jiwa
Ada ayat lagi yang menyatakan bahwa setiap manusia itu mengemban tugas masing2 = bakat
QS. 17:84
setiap manusia akan beramal sesuai konfigurasi tema-tema bakat (syaakilah) yang ada dalam dirinya.
Intinya misi hidup itu udah diberikan oleh Allah sejak lahir, kita hanya perlu ikhlas menerima dan menjalankannya. Setelah tau dan menerima, maka visi kita jadi sesuai dan passion bs dijalankan.
cara tau misi hidup:
Abah聽rama bilang lihat dari sifat2 kita itu jd kekuatan utk mengetahui misi hidup. Kata mas dodik ngelmu titen, perhatikan pola di sekitar kita, aktivitas apa aja yang selama ini dilakukan dengan suka cita dan terasa dimudahkan karena Allah memberikan misi hidup sudah lengkap dengan segala fasilitas
Misi hidup = kontribusi
Peran dalam dunia
Bukan soal bakat minat sih
Bakat mengenal fungsi gerak tubuh Minat joget
Bakat sensitif pada bunyi2an
Minat ngeband
Minat ini kayaknya apa yg disuguhkan dan direinforce
Tah, udah pakai ayat. Semalam saya langsung buka 3 kitab tafsir dan puter ceramah NAK ttg ini.
Apa kata NAK kah?
Misi hidup itu ibadah dan mengemban peran khalifatullah.
Panjang Mbak Wiet. Pamungkasnya beliau bilang, "beramal! Coba dan jangan sedih/galau..kita gak tahu syaakilah kita". Gitulah kira2.
Ayat itu coba dibaca 3 ayat sebelum dan 2 ayat sesudahnya. Biar dapat gambaran konseptual awalnya.
Passion itu adalah faktor pengali utk daya amal
Bakatnya berupa kecerdasan musikal? Apa ini berupa dicari tahu atau otomatis ketahuan. Apa bedanya kalau sudah tahu dengan yang belum tahu?
ada piano dia lngsng nyari nada utk lagu2 dan bisa sendiri tanpa diajari (tanpa nyontek not)
Kalau kita ketemu apa yang cocok ya biasanya langsung nyaman dan bisa anteng. Tapi juga gak selalu harus terus menerus disitu. Apalagi kalau yg disebut bakat itu selalu lebih dari 1. Ya, akhirnya itu hanya penamaan ilmiah saja.
Ibrah yang diinginkan Qur"an adalah agar bersabar dengan apapun yang terjadi; berjiwa besar dan rajin muhasabah.
Tambah lagi,
Kalau dapat pekerjaan dan amanah yang sesuai dengan bawaan-jiwa, banyak bersyukur. Kalau dapat yang gak sesuai atau belum dapat yang sesuai, bersabar dan tetap dalam kesabaran.
Cek Al Isra' ayat sebelum ayat Syaakilah. (17: 82-83)
Kalau ada yang merasa sok tahu bahwa dia mengetahui jiwa seseorang, suruh baca akhir ayat 84 dan ayat 85 sampai akhir ayatnya.
ada juga yang menafsirkan Syaakilah = niat
Nah cocok nih saya.
Lha kok cocok ya? Ini pan perintah, ga pake cocok ga cocok.
Maksudku, kok jadi bahagia baca dua hal ini, bahwa hidup ini untuk Allah, yakni untuk beribadah dan menjadi khalifah fil 'ardh.
Penugasan itu Bu Guru.. Breakdown tugasnya beda2..
Nah betul.
Saya dan suami dua2nya guru. Dalam pandangan aku, pendidikan udah jelas ranah ibadah lah itu mah.
Tapi anak2 ini nih. Yang pertama milih jadi atlet basket. Yang kedua ngebet jadi pembalap mobil.
Atuh ini ibadah bukan? Lempar2 bola, ngebut di jalanan, ini ibadah bukan?
Kuatir mereka tidak memenuhi tujuan penciptaan, yaitu ibadah.
Selain itu, manfaatnya apa?
siapa tau jadi kayak Moh Salah teh, bola jg jd bisa ladang dakwah. apalagi olahraga kan bnyk peminatnya anak muda energik ya... nanti kalau perang bs berguna untuk lembar lembing atau panah
*Lempar
kayak ada ikhwan yg jadi altel panco *masih terharu lihat videonya...
*atlet
lihat anak bakatnya yg keputrian.. gunanya untuk dunia tau origami apa coba, gitu fikir emak, tapi lama2 mikir, nanti bs aja buat narik obyek dakwah lewat kreasinya, bs masukin nilai2 agama di situ..
banayk jg contoh ikhwan yang saat muda hobby olahraga, fisiknya setelah dewasa tahan banting bgt... nah itu berguna bgt kan. Muslim yang kuat lebih Allah sukai ketimbang yang lemah. di sini juga termasuk kuat fisik.
Bisa jd icon atlet muslim... Dr pakaian,disiplin dll. Dunia olahraga pan byk tuh yg ga sesuai syariat, jd pasti dibutuhin bgt icon atlet muslim yg sesuai syariat...
nah ini jg sempet kepikiran ketika belanja di supermarket pas bulan puasa yg disetel lagunya opick lagi opick lagi kadang2 maher zein komen tantenya lagunya ga ada yg baru apa nih πŸ˜…
Nah iya. Ladang dakwah bgt yak...
Nah kembali ke pernyataan tadi, tentang ibadah dan khalifah fil ardh.
Buatku, tambahan kedua ini jadi bikin tenang, karena dalam profesi apapun, selama dalam koridor syariat, akan jadi sarana untuk jadi khalifah fil ardh.
Jadi petugas pom bensin atau web designer, semuanya adalah memenuhi tujuan penciptaan.
Kalo pake gambar, ibadah itu arahnya meninggi, kalau khalifah fil ardh itu arahnya meluas. Apa sih, hahaha... Ah gitulah pokoknya.
Meninggi dan meluas..
*noted
Soal solat dan aurat, itu salah dua hal yang biasanya bikin saya dan si kakak berantem.
Maap yak calon besan, bocahnya udah 15th tapi belum selesai tarbiyahnya πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…
Take Ada kata terlambat,cabes! πŸ’ͺ🏻
Sy kdng klo lihat anak muda2 yg rada2 gmn soal shalat dan aurat, kdng mikir, dulu sy umur brp y faham ini...
Kyknya hmpir usia 30 tahun 😁
Lbh telat lg. πŸ™ˆ
Masalah aurat dan solat saat tanding, maksudnya. Bukan saat normal keseharian.
Dijamak atau tidak, pake leg sleeve atau tidak. Itu aja sebenernya yang jadi masalah.
Saya hampir jadi atlet tenis meja (pingpong).
plus prihatin lagi pas ke toko buku anak lagunya sih yg nyanyi anak2 tapi kok liriknya ttg suka2an temen sekolah gitu yaa πŸ™ˆ
Sy jujur soal shalat msih berasa, "ini shalat sy bener gak ya? Diterima gak ya?"
Ini bacaan sholat sy ada bid'ahnya g ya.. πŸ™ˆ
Apalagi amal yg pertama dihisab adalah sholat.
Pan kwetir kwetir ya jadinya..
Sy mikir, dulu saya kmn aja, persoalan shalat gini aja masih dhoif bgt.
Ada yang wajib, misalnya warna kaos kaki. Hehehe, iya tuh ada aturannya.
Celana basket biasanya selutut, tapi suka keangkat2. Makanya pakai leg sleeve/knee support. Sebenarnya kalau pakai jadi lebih aman dari cidera. Tapi anaknya gamau πŸ˜“
Yg aurat kan antara pusar dan lutut mak. Lutut bukan aurat.
Sepemahaman sy mazhab syafii lutut bukan aurat.
Wallahu a'lam
https://rumaysho.com/1485-manakah-aurat-lelaki-2.html
Untuk kehati2an bagusnya ditutup y lututnya.😊😊
Ini puntenn ya Bu Guru, berbagi pandang. Aku sejak masuk-masuk ranah eskacangijo sudah semakin yakin klo ranah olahraga yang dikompetesikan sampai tingkat internasional itu sudah keluar jalur dari fungsi dan tujuannya (fitrahnya olahraga, yang untuk menguatkan tubuh)
Ini terlepas dr potensi2 strategis yang ada di dalamnya ya
Wallahua'lam, ini pandangan awam ya, ngeliat dr luar
menurutku kompetisi yang terstruktur dan terkendali ini penting. Karena berkompetisi pun sudah jadi fitrah manusia. Olimpiade awalnya digunakan untuk mengalihkan kompetisi dari perang terbuka menjadi adu hebat di olahraga. Karenanya olimpiade selalu membawa pesan perdamaian dunia.
Yah, selama bisa fairplay, kompetisi pun menyehatkan manusia
Ga masuk logika aku klo secara pandangan awamku mah Bu Nes
Terlampau mubazir dan banyak kemaksiatan yg mendompleng
Lihat aja sepakbola dunia, duhh
Dari judi, prostitusi, fanatisme
Dalam keyakinanku perang fisik akan tetap ada, sepanjang sejarah manusia
Jadi apa ya, turnamen olahraga dunia khusunya sepakbola itu kaya hiburan pelengkap hidup sekuler dan hedon
Tapi klo fungsi strategis mah aku yakin dr muslim2 yang berada di sana Allah akan menguatkan barisan Islam
Saya pun melihatnya demikian..
Kokoreh sirah mengenai kompetisi dalam islam..
Blm ketemu
Ada adu gulat yg aku tahu mah. Tp simple aja gitu kayanya
Panahan?
Berkuda?
Berenang?
ada, Rasul SAW balap lari sama A'isyah RA, buat senang-senang dan bonding suami isteri...sepertinya itu tujuannya..
apakah kita tidak optimis bahwa islam akan bisa membuat perang fisik musnah?
Saya mau komenin yg mana ya.. Jadi bingung πŸ™ˆ
Setelah perang besar. Setelah biang keroknya musnah Bu. Dajjal dan Ya'juj Ma'juj.
Problemnya adalah sekarang dunia dikuasai oleh sistem mereka dengan neo kolonialisasi. Cara berdamainya gimana?
tentu saja, banyak yang sudah lepas dari jalur mulia-nya...πŸ˜…
apalagi kalo buka situs yang nayangin live streaming pertandingan bola...eleuuhh...musti tundukkan pandangan dalam-dalam....Nemenin paksuami nonton bola dari situs beginian bener-bener bikin nyesek...
cara berdamainya gimana?
Lihat surat 8:60 Bu.
Kalau sudah bisa lihat bentuk perbudakan modern dan merasa kebudayaan manusia semakin menuju kearah sana... Kita harus siap. Karena jika kita dzahirkan kebenaran, mereka akan nampak wujud aslinya. Haus darah, rasis, dan tidak berperikemanusiaan.
Untuk menyederhanakan, lihat polisi dunia dan kampium demokrasi : United Snake of Amerika. Gak diganggu aja, mereka mematuk, melilit dan nyemprotin bisa mematikan.
Cara berdamai lain adalag dengan Uzlah disertai benteng yang kokoh. Pelajarannya ada di Surat Alkahfi.
Itu kalau mau pakai Quranic Worldview.
Kalau mau pakai pandangan lain, mungkin berbeda lagi. πŸ™πŸ»
Dikompetisikan hingga sedemikiankah?
Aku pikir krn olahraga ditempatkan scr tdk adab, tdk ada tempatnya lagi.
Fardhu 'ain, fardhu kifayah, ahkamul nawazil?
*pada, tdk pada tempatnya lagi
Setelah datang The True Mesia
Iyes setelah biang keroknya musnah, Dajjal dan Yajuj Majuj.
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
QS. An Nur : 55
Smg anak2 yg gemar olahraga faham kacang ijo.
Kompetensi buat penyemangat aja.
Eh sy ini kerendahan mikirnya.
Maafkan kegagalfahaman sy . πŸ™ˆ
Renang... Duh di kolam renang itu abg yg pake jilbab wusss maen buka aja. Disini mah biasa buka tutup tergantung keperluannya πŸ™ˆ
Mak kl aq mah mikirnya dlm tiap lini ttp dibutuhkn peran Muslim disana, termasuk olahraga, tujuannya utk mengembalikan olahraga biar on the track.. justru dibutuhkn atlet2 Muslim utk merubah fakta2 Salah olahraga saat ini
Ikonisasi putri muslimah juga gak Bu
Kontes kecantikan kan pasti lebih adem dari pada liga basket atau piala dunia.. πŸ™ˆ
Kita ga bisa ngelawan Dajjal dan Yajuj Majuj klo yg aku yakini. Hanya bisa meninggalkan dan bikin arus yg baru
Mengembalikan lagi olahraga pada fitrahnya
nah di arus baru ini sosok2 itu dibutuhkan
Iya ini kata lain dr mksdku
Yaa miripp di iklim demokrasi sih sbnrnya, masuk sistem mah ya kuat2an doang
Kelibas jg lama2 mah
Emangnya kl yg ini udh Ada Dr asalnya, sbgmn olahraga Dlm Islam?
Ini kayanya salah paham deh Bu.
Maksudnya segala lini
Yess pd akhirnya emang bicara sistem.. emang ga bs kl cm ngandelin parsial
Ada pertandingan sepak bola dan basket dalam Islam? Atau gimana?
Ini kan ngomongin kontes dari hadharah asing Bu. Bukan mempermasalahkan orang mau olahraga. πŸ™πŸ»
Pointku sih td di on the track 😊
Rasanya Dr awal ngikutin yg curhatanny kak masalah olahraga ttg terjun ke dunia olahraga deh, mengerucut ke pertandingan pas akhir2 chat ini aja...
Isinya olahraga jaman now apa cm pertandingan ya? *Serious Tanya,soalnya daku mah emak2 riweuh yg ga apdet dunia olahraga
Ajakin naik gunung aja ya teh.
Jika engkau mendengar bahwa Dajjal telah keluar sedangkan kamu sedang menanam bibit kurma maka janganlah kamu tergesa-gesa dalam penanamannya, karena masih ada kehidupan setelah itu bagi manusia.
Walau dajjal keluar, kaum Muslimin hrs ttp semangat berprestasi, walaupun kita tidak menikmati hsilnya. πŸ’ͺ
Jadi kepo..
Jadi awalnya diadakan pertandingan adalah saat meredakan peperangan?
Kapan etateh
Kayanya zaman sebelum masehi gitu ya Mbak Dianti
Nyambung gak dengan sejarah Gladiator di Sparta?
Plus judi dan fans club.. hihihi
Aq ngebayangin kl uzlah gitu kan medannya ga ky dikota, desa2 jg skrg mah udh penuh... Yg tersisa lahan kosong ya hutan2 n gunung2, utk bs mencapainya butuh ga hny wajib fisik yg kuat tp keterampilan menguasai medan, blm lg kl bicara utk bs bertahan hidup disana...
Tinggal pelan2 lurusin niat y bagi anak2 yg masa mudanya demen olahraga semacam yg dipertandingkan itu.
Ini g jmn uzlah aja ngerasa bgt butuh fisik kuat.
Sy jdng mikir, ada bener jg y jiwa yg sehat ada pada fisik yg sehat.
Klo sdh capek, lelah bawaanya kyk setengah waras. 😁



Harry Santosa: Di indonesia umumnya visi sebelum misi, karena misi didefinisikan sbg langkah2 mewujudkan visi. Visi dianggap yg paling atas. Ini sebenarnya hanya kebiasaan bukan yang sebenarnya.
Jika menggali lebih dalam definisi misi dan visi (silahkan buka dictionary yg standar) kita akan paham bahwa misi itu adalah tugas atau risalah sedangkan visi itu adalah cita2 atau penglihatan atau visual masa depan. Di perusahaan2 besar seperti apple, google, microsift dll selalu dimulai dari misi baru visi. Teman saya sengaja kursus puluhan juta di LN hanya utk memahami misi dan visi bukan sebaliknya.
Karenanya dalam Islam, Rasulullah SAW itu diutus dengan membawa misi kenabian atau tugas kenabian bukan visi kenabian. Kita tak menyebut Rasululah SAW membawa vii tetapi misi kenabian atau tugas. Visi kenabian adalah ramalan atau pandangan atau visualisasi Rasulullah SAW ttg masa depan.
Misalnya ketika Rasulullah SAW mengatakan melihat kunci2 istana persia akan jatuh ke tangan muslim, ketika mengatakan konstantinopel akan jatuh sebelum rrum dll, itu adalah visi atau penglihatan. Sedangkan misi kenabian itu tak berubah yaitu membawa manusia dari kegelapan agama agama jahiliyah kpd cahaya Islam, membebaskan manusia dari penghambaan makhluk kpd penghambaan hanya kpd Allah semata, menyelamatkan manusia dari kegelapan dunia kepada terang benderangnya akhirat.
Visi itu kata keadaan, dan misi itu kata kerja.
Jika visi atau cita2 sebelum misi, maka banyak terjadi bahwa ketika cita tercapai tidak mengalami bahagia, itu karena cita2nya tak relevan dgn tugasnya di muka bumi. Dalam mendidik anak juga begitu, temukan dulu perannya baru kemudian cita2nya, jangan terbalik. Berapa banyak orang yg bercita2 jadi dokter, doktor namun tak bahagia ketika cita2 itu tercapai karena tak sesuai tugas spesifiknya di muka bumi atau misi hidupnya.
Misi adalam perspektif pendidikan peradaban disebut sbg peran peradaban (daurul hadhoriyah), ini harus spesifik ditemukan, sebagaimana para Sahabat mendapat penugasan2 sesuai bakatnya atau keunikan fitrahnya yg menentukan peran spesifiknya
Much Ridho -: Sepertinya saya harus kursus puluhan juta untuk memahami ini ustadz.. ✌🏻
Manusia bekerja untuk mendapat sesuatu dari visi. Setelah itu baru siap menerima misi.
Misi kenabian itu visinya bukan menaklukan negeri lain, tapi kehidupan akhirat. Kenabian bukan misi mondial yang sekular, sehingga visinya juga bukan berujung pada penaklukan.
Jika nubuwwah adalah Misi Qur'ani, maka Visinya telah lebih dahulu ada. Ayat-ayat yang pertama turun kepada Rasulullah dan disebarkan kepada para Sahabat adalah tashawwur/ visi tentang kehidupan akhirat. Perintah Iqra' bertujuan agar manusia bisa memahami hakikat kehidupan.
Nun, ketika Rasulullah merasa sedih dan lemah dalam menjalankan misi kenabian, Allah meneguhkan kembali visi beliau dengan Isra' Mi'raj.
Kalau bekerja pada Allah diibaratkan bekerja pada sebuah korporasi, apakah seseorang itu secara fitrah akan berusaha menemukan perannya terlebih dahulu? Atau ia memiliki gambaran masadepannya terlebih dahulu? Sependek pengetahuan saya, fitrah manusia akan menuntut gambaran masa depannya sebelum bergerak atau berjalan. Oleh karena itu, ayat tentang surga neraka menjadi penting sebagai destinasi akhir manusia.
Begitu ustadz.. Mohon dikoreksi jika ada kekeliruan. πŸ™πŸ»
Much Ridho -: Menurut saya, kesalahan dalam menetapkan cita-cita, bukan berarti harus membalik posisi visi menjadi setelah misi.
Harry Santosa: Memang misi hidup itu intinya harus manfaat ( benefit ) bukan profit. Saya tidak menyebut bahwa misi itu untuk keuntungan pribadi di dunia, tetapi manfaat bagi ummat di dunia dan pahala besar di akhirat atas manfaat itu.
Misi Kenabian juga Manfaat, dibahasakan sebagai peran personal utk bashiro wa nadziro, dan rahmatan lil alamin dan secara kolektif komunal, peran itu harus the best model community - khoiru ummah dan the collaborator community - ummatan wasathon
Jadi memang bukan utk membentuk Imperium atau kesultanan tetapi kekhalifahan yg pemimpinnya disebut amirul mukminin , kalau bahasa sekarang disebut collaborative leadership bukan otoritarian leadership.
Memang kita kadang kacau antara purpose, mission, vision n strategy , karena terminologi yg kita dapat bukan dari Islam, tetapi pengalaman keseharian di masyarakat yg terjajah dimana posisi mereka kuli. Pada bangsa kuli, misi besar adalah milik owner , lalu owner punya visi atau cita2 yg biasanya profit berupa keuntungan, kemanangan, popularitas, kekuasaan dstnya. Lalu para kuli ini diminta menyusun misi kecil atau langkah2 kecil menuju visi owner.
Misi Hidup itu Jalan Hidup, Risalah itu Misi bukan Visi. Jadi Misi itu tugas spesifik atau alasan kehadiran kita di dunia. Jika visi kenabian tercapai apakah misi kenabian selesai? Apakah ketika visi kenabian menakkukan konstantinopel selesai lalu misi kenabian selesai? Kan tidak. Tetapi sepanjang misi kenabian dijalankan, maka visi diserahkan kepada Allah kapan terjadinya.
Mungkin kita juga keliru antara Visi dan View
Much Ridho -: Maaf Ustadz, kenapa penaklukan konstantin disebut "visi kenabian"? Kenabian itu misi, ya memang betul. Misi yang Allah berikan kepada hamba yang dipilih. Jadi Muhammad -shallu 'alayh- dipilih untuk mengemban misi. Dan bukan menemukan dirinya berbakat menjadi Nabi. Apalagi kalau dikatakan bahwa Misi Kenabian diwariskan, sehingga anak para Nabi ada yang menjadi Nabi. Seolah ketika itu juga kita menyebut ada Nabi yang berhasil mewariskan misi, ada yang gagal dalam mewariskannya.
Much Ridho -: Kalau yang ustadz @⁨Harry Santosa⁩ maksud "keliru antara Visi dan View" itu seperti apa ya? πŸ™πŸ»
Harry Santosa: Nah definisi bakat juga barangkali berbeda. Bakat itu sifat bawaan.
Misi itu bukan bakat, ia panggilan hidup, bakat itu sifat2 yg mendukung panggilan, bukan segalanya, namun penting, ada fitrah2 lainnya. Bagaimana seorang Nabi menjalani Misinya atau perannya jika tak punya sifat2 seorang Nabi.
Bagaimana seorang Guru menjalani peran gurunya jika tak punya sifat2 bawaan seorang guru. Berbagi ilmu itu bagian dari keimanan atau adab, tetapi seorang guru harus punya sifat kuat berbagi ilmu disamping sifat2 guru lainnya. Sifat2 bawaan itu bagian dari fitrah
"Katakanlah (ya Muhammad) setiap kalian beramal menurut sifat bawaan masing masing, dan Robbmulah yang paling tahu siapa yang paling tepat jalannya" (QS 17:84)
Penugasan2 Rasulullah SAW kpd para Sahabat juga mengikuti atau disesuaikan dgn sifat bawaan masing masing. Sifat bawaan ini kelak yg akan melengkapi peran spesifik atau misi hidup seseorang.

Jadi, yang dimaksud misi disini tidak bisa diterapkan dalam organisasi pada umumnya ya? Semisal presiden yang dijabat periodik atau direktur perusahaan harus menemukan panggilan hidup organisasinya; atau bagaimana?

Aqidah saya mengajarkan bahwa tiada manusia hidup di muka bumi dengan kebetulan, semua ciptaan pasti punya maksud (purpose) dan tugas (mission). Ini berlaku pada semua level, dari mulai atom, microcosmos sampai manusia, bangsa, organisasi dstnya sampai macrocosmos dan malaikat. Jika bingung dgn istilah misi, ganti dengan istilah peran atau peran peradaban (daurul hadhoriyah)

Lagi-lagi, jika kenabian yang dijadikan patokan, maka misinya adalah penugasan khusus dari Allah. Muhammad sebagai hamba Allah (manusia biasa) tentu punya bakat. Tapi beliau diberikan karunia berupa wahyu risalah.

Risalah itulah tugas Kenabian, tiap Nabi punya misi atau tugas atau panggilan. Jika membaca Sirah Nabawiyah Ramadhan alButhi, ada episode dimana Nabi SAW sebelum diangkat ketika menjadi Nabi, beliau merasakan panggilan ini. Diistilahkan dgn pohon dan batu memanggil manggil "Anta Rasul"

Seorang guru yang tidak berbakat, tentu akan menjadi guru yang dianggap gagal. Tapi karena Ust @⁨Harry Santosa⁩ sudah memplot bahwa yang dimaksud guru disini adalah panggilan hidup, maka pasti guru tersebut akan sukses.

Jelas manusia yg tidak menjalani perannya atau tugas sejatinya atau panggilan hidupnya sudah pasti low perform atau setidaknya tak bisa maksimal. Karena tiap manusia bahkan tiap maksud sdh ada tugas spesifiknya. Itulah kenapa setiap manusia dilahirkan unik sifatnya, krn akan menjadi peran unik ketika dewasa di masa depan. Apakah akhie mengira manusia diciptakan kebetulan?"

Soal QS 17:84 menurut saya tidak tepat untuk dijadikan hujjah dalam hal ini. Rangkaian ayat sebelum dan sesudahnya sedang menarasikan ujian dan rahasia Allah (yang justru harus dihindari). Dengan gaya bahasa yang sama, ayat 85 menegaskan bahwa soal-soal rahasia ini urusan Allah. Jadi justru harus beramal dengan ahsanu amalan dalam setiap hal. Perkara hasil, karena syaakilah-nya berbeda, ya tentu hasilnya berbeda. Wallahua'lam.

Saya membaca tafsir alAzhar Hamka dan mendengarkan penjelasan Nouman Ali Khan

Terkait para Sahabat yang diberikan tugas khusus sesuai dengan bakatnya, tentu karena Rasulullah sudah bergaul dan mengetahui bakat masing-masing. Lalu para Sahabat pun ketika dalam tugas, tidak perlu lagi menemukan "panggilan hidup", karena mereka membawa misi dari Rasulullah.

Misi Kenabiannya satu, tetapi penugasan spesifik utk masing2 personal tiap sahabat berbeda2, ada yg jadi panglima, duta, pencatat, intelijen dstnya. Karenanya kita tak pernah melihat Umar bin Khottob ra menjadi panglima perang, atau jarang membaca hadits yg diriwayatkan dari Abdurahman bin Auf dstnya

Ikigai

The Book of IKIGAI: Make Life Worth Living
Ken Mogi, Ph.D.
Penerbit Noura Juni 2018
Terjemahan dari "The Little Book of IKIGAI" London 2017

Ikigai adalah istilah Jepang untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Kata itu secara harfiah meliputi iki (untuk hidup) dan gai (alasan).
Dalam bahasa Jepang, ikigai digunakan dalam berbagai konteks, dan dapat diterapkan pada hal-hal kecil di keseharian selain target2 dan prestasi2 besar. Itu adalah sebuah istilah umum yang digunakan orang-orang dalam keseharian hidup secara luwes, tanpa menyadari akan artinya yang istimewa. Yang terpenting, ikigai itu memungkinkan, meski kita tidak sukses dalam kehidupan profesional kita. Dalam artian ini, ia adalah konsep yang sangat demokratis, disisipkan dalam perayaan akan keberagaman hidup. Memang benar bahwa memiliki ikigai bisa menghasilkan kesuksesan, tetapi kesuksesan itu bukanlah prasyarat untuk memiliki ikigai. Ia terbuka bagi setiap diri kita.


Monday, June 11, 2018

Consumerism in Personal Finance: An Islamic Wealth Management Approach

I dedicated a whole new blog for the details of my work from 2015-2018 please come and visit it in


https://islamicpersonalfinance-konsumerisme.blogspot.com/


The summarizing paper has been published in Jurnal Iqtishad UIN
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad/article/view/5518


The paper has also been presented in ICIEFA Tazkia 2018
http://iciefa.tazkia.ac.id/


ABSTRACT

Farisah Amanda, 2016, Analysis of Consumerism in Personal Finance and Solution Model Based on Concepts of Financial Planning and Islamic Wealth Management. Thesis, Magister of Shariah Economic, Tazkia Postgraduate Program. Supervisor: I. Dr. Achmad Firdaus, M.Si., II. Bayu Taufiq Possumah, Ph.D.

Consumerism as an excessive materialism and a waste of resources has become an international phenomenon. Consumerism is not followed by a sufficient personal finance education. In other hand, Islam as a comprehensive religion should be able to provide a solution to the problem of consumerism in Muslims’ personal finance. This study analizes consumerism phenomenon from the perspective of personal finance and create a solution model based on financial planning and Islamic wealth management concepts. Research design used is descriptive qualitative with three analysis methods: content analysis, document analysis, and thematic analysis. Research shows that the factors causing consumerism are: (1) external: advertisement, supply availability, access to consumer credit, promotion in social media, macroeconomics conditions, the lack of personal finance education, (2) internal: low level of financial literacy causing incapability to manage personal finance, not using Islamic principles as a basis in managing personal finance. Negative impacts of consumerism on personal finance are: (1) imbalance: spending more than income causing negative balance in personal financial report, (2) debt trap: dependence on debt for consumption can scrape into personal assets, (3) not enough fund for long term financial needs such as education and retirement preparation, (4) no allocation for productive and charity purposes. Personal financial planning can contribute to the effort of eliminating negative impacts of consumerism on personal finance. The percentage set as a maximum limit for consumption ranged from 40%, 75%, 87,5%, and 90% out of total personal income. Concepts of Islamic wealth management used as a solution of consumerism in personal finance are: (1) basic concepts: concept of wealth, concept of rizqi, concept of blessing, standard of sufficiency and wealth, (2) principles of consumption in Islam: halal and good, moderation, balance, (3) wealth management in Islam to avoid consumerism: hierarchy of consumption, differentiate between needs and wants, modest lifestyle, prohibition of luxurious and redundant lifestyle, avoid debts, priorities in consumption and maqashid sharia, concepts of zakat and shodaqoh.

JEL Classification: D1, Z1, Z12, Z13, I31
Keywords: Consumerism, Personal Finance, Financial Planning, Islamic Wealth Management


ABSTRAKSI

Farisah Amanda, 2016, Analisis Konsumerisme dalam Keuangan Personal dan Model Solusi Berdasarkan Konsep Perencanaan Keuangan dan Manajemen Harta Islam. Tesis, Magister Ekonomi Syariah, Program Pascasarjana Tazkia. Pembimbing: I. Dr. Achmad Firdaus, M.Si., II. Bayu Taufiq Possumah, Ph.D.

Konsumerisme sebagai kondisi materialisme yang berlebih-lebihan dan pembuangan sumber daya telah menjadi suatu fenomena internasional. Konsumerisme tidak diimbangi dengan pendidikan dan edukasi keuangan personal yang memadai. Di sisi lain, Islam sebagai agama yang komprehensif seharusnya dapat menawarkan solusi bagi permasalahan konsumerisme dalam keuangan personal seorang muslim. Penelitian ini menganalisis fenomena konsumerisme dari sudut pandang keuangan personal dan membuat model solusi yang berasal dari konsep perencanaan keuangan dan manajemen harta Islam. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan tiga macam metodologi analisa data yaitu analisis isi, analisis dokumen, dan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penyebab konsumerisme pada masyarakat terdiri dari: (1) eksternal: iklan, ketersediaan penawaran, ketersediaan akses pada kredit konsumsi, promosi media sosial, kondisi ekonomi makro, kurangnya pendidikan keuangan personal, (2) internal: tingkat literasi keuangan yang rendah menyebabkan ketidakmampuan mengelola keuangan personal, tidak menggunakan prinsip Islam sebagai dasar mengelola keuangan personal. Dampak negatif konsumerisme pada keuangan personal adalah: (1) ketidakseimbangan: pengeluaran lebih besar daripada pemasukan menyebabkan saldo negatif dalam neraca laporan keuangan personal, (2) jebakan hutang: ketergantungan berhutang untuk konsumsi dapat mengurangi aset personal, (3) tidak ada dana untuk keperluan jangka panjang seperti pendidikan dan persiapan pensiun, (4) tidak ada alokasi untuk tujuan produktif dan tujuan sosial. Perencanaan keuangan personal dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam usaha untuk menghilangkan dampak negatif konsumerisme pada keuangan personal. Persentasi batas maksimal untuk konsumsi dalam alokasi pendapatan personal bervariasi antara 40%, 75%, 87,5%, dan 90% dari keseluruhan pendapatan. Konsep manajemen harta Islami yang digunakan sebagai solusi permasalahan konsumerisme dalam keuangan personal adalah sebagai berikut: (1) konsep dasar: konsep harta, konsep rezeki, konsep keberkahan, serta standar kecukupan dan kekayaan, (2) prinsip konsumsi dalam ekonomi Islam: halal dan baik, moderat atau pertengahan, keseimbangan, (3) konsep manajemen harta Islami yang dapat membantu mengeliminir dampak negatif konsumerisme adalah: hirarki konsumsi, kebutuhan dan keinginan, gaya hidup sederhana, larangan bermewah-mewahan dan mubazir yaitu larangan menyia-nyiakan dan tidak memanfaatkan harta, menghindari hutang piutang, skala prioritas konsumsi dan maqashid syariah, konsep zakat dan sedekah.
Klasifikasi JEL: D1 , Z1 , Z12 , Z13 , I31
Kata Kunci: Konsumerisme, Keuangan Personal, Perencanaan Keuangan, Manajemen Harta Islam

Friday, June 1, 2018

Menumbuhkan Kecintaan, Mengenalkan Syariat, Keajaiban Sains

ARTIKEL 1

FB Harry Santosa

Makna Adab bagi Anak Usia Dini

Balita atau usia dini itu memang belum saatnya harus beradab dalam arti tertib dan disiplin. Adab di usia dini itu gairah melakukan kebaikan, bukan sempurna melakukan kebaikan. Banyak orangtua atau guru, ingin anak anaknya segera beradab sejak dini, tanpa tahu makna adab, walhasil kelak menjumpai anaknya malah tak beradab ketika besar.

Misalnya Adab pada Ilmu di usia dini berbeda dengan adab pada ilmu di usia setelahnya. Di usia dini, adab pada ilmu bukanlah duduk diam tertib santun mendengarkan guru, tetapi adalah gairah dan cinta pada buku, gairah pada kisah kisah tokoh ilmuwan, gairah keseruan bermain di alam terbuka dengan menyentuh, meraba, berlarian bereksplorasi dstnya.

Sholat adalah adab kpd Allah, bahkan baru diperintah ketika usia 7 tahun, bukan sejak dini. Apakah Allah lalai mengadabkan anak usia dini? Subhanallah, Allah Maha Tahu bahwa fitrah anak usia dini belum saatnya diperintah dengan formal. Adab pada usia dini bukan tertib dan disiplin, tetapi gairah kecintaan untuk melakukan kebaikan walau tak sempurna.

Begitupula dengan Berpuasa atau shaum, bagi anak usia dini, shoum itu bukan harus puasa sehari penuh, tetapi jadikan keseruan Ramadhan dalam aktifitas keseharian, misalnya gairah ketika bangun sahur bersama dengan makanan kesukaan di tenda di halaman rumah, antusias ketika jalan bersama ayah ke masjid sambil bernasyid walau sampai masjid ia main atau tertidur, semangat ketika masak bareng bunda menu berbuka puasa yg unik, keseruan ketika berbuka bersama dan bertarawih dstnya.

Begitupula "Berzakat" apakah kita mewajibkan anak usia dini tertib berzakat? Tentu tidak bukan, tetapi gairah berkunjung ke panti asuhan dan berbagi hadiah pada anak yatim, membagikan ta'jil kepada orang lewat, mengantarkan makanan ke tetangga, dstnya.

Jadi ayah bunda, turunkan ekspektasi, jangan artikan adab sebagai disiplin formal dan etika untuk anak usia dini, jangan tergesa mengadabkan shg harus sempurna dan tertib, jangan gunakan ukuran orang dewasa, nanti anak malah membenci adab sepanjang hidupnya.

Shabar saja utk membuatnya cinta pd kebaikan, teladankan saja adab itu pada ananda usia dini hingga berbinar matanya, hingga asik bahagia gesturnya.... kelak kau kan menyaksikan betapa ananda akan bergairah untuk beradab sepanjang hidupnya

Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah

https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa/posts/10216012758501908


ARTIKEL 2

Kecil-Kecil Berpuasa

Generasi salaf adalah generasi teladan. Muslim maupun muslimahnya, orang dewasa maupun anak kecilnya, dalam perkara ibadah maupun muamalah.

Di antara bentuk keteladanan generasi salaf adalah melatih anak kecil yang belum mukallaf untuk turut beribadah bersama kaum muslimin. Salah satu ibadah tersebut adalah puasa.

Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz; dia berkata, “Rasulullah mengutus untuk mengumumkan pada pagi hari asyura’ di wilayah kaum Anshar yang berada di sekitar kota Madinah.

Ω…Ω† ΩƒΨ§Ω† Ψ£Ψ΅Ψ¨Ψ­ Ψ΅Ψ§Ψ¦Ω…Ψ§ ΩΩ„ΩŠΨͺΩ…ّ Ψ΅ΩˆΩ…Ω‡ ΩˆΩ…Ω† ΩƒΨ§Ω† Ψ£Ψ΅Ψ¨Ψ­ مفطرا ΩΩ„ΩŠΨͺΩ…ّ Ψ¨Ω‚ΩŠΨ© ΩŠΩˆΩ…Ω‡

‘Barang siapa yang pagi hari ini berpuasa, hendaklah menyelesaikannya. Barang siapa yang tidak berpuasa (sudah sarapan), hendaknya menahan (makan dan minum) sampai selesai.’

Setelah adanya pengumuman itu, kami berpuasa dan mengajak anak-anak untuk melaksanakan puasa. Kami juga mengajak mereka ke masjid dan memberikan mereka mainan dari kulit (wol). Jika mereka menangis karena lapar, kami menyodorkan mainan sampai waktu berbuka puasa tiba.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Selengkapnya di https://muslimah.or.id/5692-kecil-kecil-sudah-berpuasa-tips-melatih-anak-kecil-berpuasa.html


DISKUSI (SINGKAT)

Tampaknya, kedua artikel diatas sedikit "bertentangan"... walau tentu saja sebenarnya antara keduanya bisa dikompromikan. Tapi saya sedang tidak ingin membahas bagaimana mengkompromikan kedua artikel itu, saya sedang ingin membahas mengapa saya lebih condong kepada artikel 1 daripada artikel 2. Dengan sedikit membuka aib, saya harus membuat pernyataan bahwa saya adalah "korban" pemaksaan syariat sebelum penumbuhan cinta dituntaskan. Di masa kecil saya lebih dahulu diharuskan belajar tentang syariat sebelum kecintaan terhadap agama tumbuh. Hasilnya, sampai saat ini bisa jadi saya tahu hukum2 syariat ini itu tetapi untuk menerapkannya dalam kehidupan pribadi suliiit sekali. Kalau di komunitas jiwa sehat Indonesia mungkin saya ini dianggap punya gangguan mental emosional, dan bisa jadi memang benar karena: Jika orang lain marah kemudian mengucap istighfar katanya akan mengurangi kemarahannya, tapi buat saya? jika saya sedang marah dan ada yang (menyuruh) mengucap istighfar, saya malah tambah marah! (imagine that!)

Ketika saya mulai dewasa dan sudah tidak "dipaksa" mempelajari agama, saya baru mencari apa yang membuat saya stay a muslim and maybe start to love Islam. Sampai akhirnya saya menemukan buku keajaiban ilmiah dalam Quran (dulu buku seperti ini masih jarang sekali ada).

Di Ramadan 1439 H (m. 2018 AD) ini, saya suka sekali membaca ayat2 sains, dan bagaimana ayat2 tersebut bisa mendeskripsikan detil2 sains yang belum ditemukan -hasn't been discovered by modern science- pada tahun m. 632 AD (anno domini, 632 years after Jesus born). Dan bagaimana ayat2 sains yang saat ini (present) kebanyakan sudah dibuktikan kebenarannya menggunakan metodologi ilmiah oleh para ilmuwan, disandingkan dengan ayat2 prediksi masa depan (future) tentang kejadian2 setelah manusia meninggalkan dunia ini. Well, mudah2an setelah ini saya mendapat sedikit lebih banyak energi dan kemudahan untuk menerapkan lebih banyak ilmu yang sudah saya pelajari secara teori ke dalam praktek (aamiin yaa rabbal 'aalamiin).

Aaand... contact me if you want to know how to compromise -mengkompromikan kedua artikel tersebut diatas- I might have the mood to have a chat about it.

Monday, January 22, 2018

Hukum Jual Beli dalam Dunia Pendidikan

Catatan Kajian Ilmiah 20 Januari 2018 "HUKUM JUAL BELI DALAM DUNIA PENDIDIKAN"

Pembahasan Uang Gedung / Uang Muka Masuk Sekolah
-Contoh kasus SDIT dengan perincian uang pangkal yang terdiri dari wakaf
-Solusi pilihan akad: (1) wakaf, (2) sewa gedung, (3) investasi.
-Jika akad wakaf konsekuensinya termasuk akad hibah tetapi tidak boleh diwajibkan, dan semuanya harus digunakan untuk aset2 wakaf milik Allah, bukan milik yayasan atau perorangan. Status gedung wakaf tetap milik Allah walaupun sekolahnya tidak lagi menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
-Sewa gedung selama anak tsb bersekolah, pembayaran dilakukan setiap tahun dan dibebankan kepada seluruh angkatan. Jika akad sewa untuk 6 tahun di awal, maka sekolah tidak mengembalikan uangnya secara proporsional jika anak tsb pindah sekolah sebelum 6 tahun. Hal ini disamakan dengan sewa rumah karena jika sudah akad sewa untuk 1 tahun maka walaupun tidak ditempati lagi tetapi tidak ada orang lain yang boleh menempati. Jika ada anak lain yang masuk mengisi kuota anak yang pindah maka sekolah tidak boleh mengenakan biaya sewa karena sudah ditanggung oleh anak yang pindah.
-Ikut investasi pembangunan gedung, konsekuensinya harus ada kepemilikan saham siswa baru thd sekolah ybs.
-Posisi orangtua yang tetap membayar sebagai pihak yang terpaksa daripada anaknya tidak bisa sekolah
-Kesimpulannya status uang muka / uang gedung termasuk uang dzolim dan gharar.

Pembahasan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP)
-Sumbangan seharusnya tidak wajib yaitu sesuai kemampuan orangtua, seharusnya bahasanya adalah “kewajiban”, m enjadi KPP.
-Intinya yang berlangsung adalah akad sewa (ijarah), yang tidak membayar seharusnya tidak boleh ikut kegiatan belajar mengajar.
-Boleh berbeda turun naiknya, tetapi merupakan bagian dari kemaslahatan umum oleh karena itu sebaiknya dipertimbangkan dengan baik.
-Status SPP adalah sewa belajar mengajar.
-Di masa klasik, pelajar ilmu2 syariah tinggal di rumah gurunya dan orangtuanya yang mencukupi biaya hidup anaknya sedangkan tidak ada fee yang dibayarkan kepada guru. Sedangkan guru mendapatkan biaya hidupnya dari baitul maal. Beberapa guru bahkan membiayai biaya hidup muridnya yang orangtuanya tidak mampu tetapi memiliki kemampuan belajar yang bagus. Bagi pelajar yang tidak memiliki kemampuan akademis yang baik tidak disarankan untuk belajar tetapi sebaiknya berdagang.
-Jika ada pelajar yang tidak membayar bukan karena tidak mampu tetapi dibiarkan mengikuti kegiatan maka pelajar tsb yang zalim karena yang lain membayar tetapi dia tidak.
-Menggunakan akad sewa dan harus dibayar jika ingin mengikuti kegiatan belajar mengajar.
-Kesimpulannya SPP adalah halal.

Pembahasan lain
-Uang ujian tidak diperbolehkan. Uang ujian untuk setiap kelas yaitu dengan alasan untuk menyiapkan dan mengkoreksi ujian membutuhkan pekerjaan tambahan. Tetapi setelah itu libur dengan durasi 2 pekan hingga 1 bulan. Padahal di sisi akad sekolah dengan guru adalah tiap bulan digaji sejumlah berikut tanpa ada persyaratan ujian atau mengajar seperti biasa.
-Uang fieldtrip tanpa sekolah pun anak tsb bisa jalan ke tempat tersebut. Perhatikan akadnya mubah atau wajib. Jika mubah maka tidak boleh dipaksakan dan orang yang tidak ikut tidak bayar. Dan uang sewa yang sudah dikenakan untuk ruang kelas pun seharusnya dikembalikan jika tidak belajar di dalam ruang kelas. Akan lebih baik jika anak melakukan perjalanan rihlah / safar dengan orangtuanya. Iuran rihlah diperbolehkan tetapi tidak diwajibkan.
-Bantuan untuk guru dari pemerintah sedangkan sudah mendapat gaji dari sekolah. Jika seseorang mendapat bantuan dari pihak lain untuk jabatannya maka termasuk risywah, tetapi jika diizinkan oleh institusinya maka halal bagi guru tsb.

“Dosen”: Dr. Erwandi Tarmidzi
“Mahasiswa” pencatat: Farisah Amanda
*Mohon dimaafkan jika ada kesalahan pengetikan atau penalaran oleh pencatat.