Seminar “Parents as Teachers” oleh Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Depok, 20 Desember 2016
Soleh: bermanfaat.
Kenapa belajar parenting: karena perintah Allah. Belajar tidak menunggu ada masalah.
Lemah kemauan : anak yang ketika besar tidak mau bekerja terbentuk dari kecilnya, yang ketika kecil selalu diberikan keinginannya tanpa mempedulikan keadaan, contoh: orang tua pekerjaan kasar tetapi gaya anak besar.
Harus belajar karena zaman sudah berubah, zaman dulu lebih aman: tv belum banyak, online social media belum ada, internet blm ada. Orangtua dulu tidak punya kompetitor sebagai pendidik, kredibilitas orang tua dan guru di mata anak tidak ada saingannya, tidak ada pembanding, sehingga anak mudah setuju dengan pendapat orangtuanya dan jika anak tidak setuju pun tidak berani mengungkapkan ketidaksetujuannya. Anak sekarang lebih kritis dan berani mengungkapkan pendapatnya. Lingkungan dapat mengambil anak jika pengaruhnya lebih besar.
Acara tv zaman ini dapat merusak pikiran dan jiwa, bahkan acara berita juga tidak lepas memberikan pengaruh buruk dan dapat membuat hati resah, pesimis, dst bahkan bagi orang dewasa, apalagi untuk anak-anak. Contoh: berita-berita tentang kejadian buruk yang terjadi pada orang lain. Tapi jika masih ada yang baik dari acara tv bisa diambil yang baiknya saja.
Teladan dalam Islam salah satu unsur wajib, tapi bukan satu2nya. Contohnya: anak ustadz yang terjerat narkoba, orang tua pekerja kasar yang hidup prihatin anaknya hidup banyak gaya, anak nabi Nuh yang durhaka. Teladan saja tidak cukup. Jika tidak memiliki ilmu parenting maka kemungkinan untuk tidak menikmati dan tidak bahagia menjadi orang tua menjadi lebih besar. Contoh: ketika baru punya gadget baru yang belum terbiasa maka menjadi stress dalam mengoperasikannya, tidak punya skill yang dibutuhkan untuk mengoperasikannya. Permasalahannya bukan pada emosi, tetapi karena tidak punya skill dan tidak bisa mempengaruhi anak. Anak yang melakukan kesalahan kemudian orangtuanya terlalu banyak ngomel, dari pembicaraannya melakukan labeling jelek kepada anak, hasilnya anak jadi resisten dan benci kepada orangtuanya, malah senang melakukan apa yang dilarang. Anak usia tk dan sd permasalahan orangtuanya lebih banyak lelah fisik saja, ketika usia remaja permasalahannya sudah menguras emosi.
Point penting: mencari ilmu parenting.
Cara menyuruh anak adalah sedikit bicara banyak bertindak, diberikan pengertian atas konsekuensi di awal, setelah sudah kejadian tidak ada omongan (omelan) lagi.
Point penting: konsekuensi dijelaskan diawal.
Buku kuning karangan Ihsan itu berisi sop yang dibuat selama 3 tahun dan berasal dari hasil observasi.
Banyak ayah yang tidak mau diajak belajar ilmu parenting karena menganggap dirinya sudah mengerjakan kewajiban mencari nafkah dan urusan anak adalah urusan ibunya. Yang seperti ini dikiaskan dengan kewajiban dalam rukun islam, jadi jika sudah membayar zakat maka tidak wajib lagi puasa, sholat, dll.
Ayah sering dianggap lebih sabar dari ibu terhadap anak karena intensitas interaksinya lebih sedikit dari ibu, terutama full-time mother. Contoh: coba ayah mengurus anak 7 hari 7 malam tanpa bantuan ibu samasekali dan tanpa bantuan asisten rumah tangga. Jadi diharapkan pengertian ayah untuk memberikan asisten dan jika tidak mampu maka ayah yang menjadi asisten ibu. Contoh ayah yang tidak pengertian: ibunya ke majlis ta’lim membawa 3 orang anaknya yang masih balita, ayahnya pergi mancing.
“Setiap anak ada dalam keadaan fitrah”, Fitrah yang dimaksud adalah menyukai kebaikan jadi tidak kosong (netral) seperti teori tabula rasa. Oleh karena itu istilah yang digunakan adalah tumbuh kembang anak, yaitu menumbuhkan dan mengembangkan kebaikan, bukan menciptakan kebaikan. Rujukan ayat lainnya adalah ketika dalam alam Rahim ada perjanjian calon manusia dengan Allah (QS Al-A’raf). Awalnya anak adalah anugrah, maka berikutnya adalah peran nurture (pengasuhan) dari orangtuanya “fa abawahu”.
Orang tua menginginkan anak untuk menjadi: soleh, lebih spesifiknya lagi adalah: jujur, kreatif, patuh, disiplin.
1. Jujur
Anak pada dasarnya sangat jujur, dan pernah karena kejujurannya yang polos hingga perkataannya membuat malu orangtua dihadapan orang lain.
2. Kreatif
Contoh anak balita bangun tidur tidak ada yang nganggur, diam saja selama jangka waktu yang lama karena bingung ingin melakukan apa. Catatan: jika anak mulai bingung ingin melakukan apa, tidak tau apa yang diinginkannya dan banyak bosan, dapat menjadi tanda-tanda lampu kuning bahwa pengasuhannya ada yang salah. Manfaat gadget lebih sedikit daripada bermain bebas, kreativitasnya bisa mati dan tidak bisa lagi bermain bebas. Catatan: perlu lebih banyak “main diluar” untuk menumbuhkembangkan kreatifitas anak.
3. Patuh
Anak yang diurus dengan cara yang baik akan menjadi anak yang patuh, jika anak tidak patuh berarti tidak diurus, atau cara mengurusnya salah. Contoh: anak yang sudah dinasihati orang tua tetapi masih melakukan kenakalan karena bosan dengan nasihat orangtuanya. Oleh karena itu nasihat saja tidak cukup tetapi harus dibentuk fikrohnya, yaitu akal dan pikiran.
4. Disiplin
Bayi paling disiplin, melakukan sesuatu pada waktunya. Maka jika ada anak yang tidak disiplin itu adalah kesalahan pengasuhan. Catatan: anak malas bangun pagi karena orangtuanya malas bangun pagi.
Point penting yang harus dilakukan: mengajak anak berbicara dari hati ke hati, melakukan komunikasi dua arah secara berkala, diajak bicara yaitu bertukar pikiran, bukan hanya dinasihati dengan komunikasi satu arah.
Goal yang diinginkan adalah anak menjadi nyaman (betah) untuk duduk bersama dengan orangtuanya. Anak yang tidak betah duduk bersama orangtuanya bisa jadi dikarenakan: terus menerus dinasihati, dibanding-bandingkan, diceramahi, dst. Memberikan nasihat kepada anak adalah wajib bagi orang tua, tetapi jika caranya salah malah akan menghancurkan. Hal ini juga bisa diterapkan dalam komunikasi antar suami istri, tidak ada yang suka mendengarkan “ceramah”. Jika cara menyampaikan nasihatnya salah walaupun isi nasihatnya benar, maka orang tidak bisa menerima dengan baik.
Solusi cara menyampaikan nasihat dengan baik adalah dengan cara “perlakuan dan perkataan penuh cinta dari orangtua warisan terindah untuk anak kita”.
Terlalu banyak nasihat tidak dapat ditampung, tumpah, menjadi sia-sia. Semakin besar anak semakin banyak seharusnya diajak berbicara dua arah, bukan melakukan komunikasi satu arah (nasihat) saja. Anak yang sering diajak berbicara punya daya tahan mental yang lebih baik terhadap pengaruh-pengaruh buruk. Anak yang sering curhat kepada orangtuanya berarti ia memiliki kepercayaan kepada orangtuanya dan orangtua akan menjadi referensi utama. Anak yang introvert atau extrovert diluar rumah, keduanya harus tidak bisa diam dirumah, sering ngomong.
Point penting yang tidak boleh dilakukan: omelan panjang.
Tentang batasan: batasan perlu dilakukan, tetapi tidak boleh mengekang, semua boleh dilakukan tetapi ada batasannya. Contoh: boleh melakukan suatu hal jika sudah selesai melakukan hal lain, atau jika sudah sampai pada waktu tertentu. Orang yang bahagia adalah yang banyak ngomong, jika tidak bisa ngomong menjadi stress.
Tentang pengaruh gadget (internet, smartphone) tidak boleh diberikan secara bebas pada anak-anak yang belum dewasa karena itu adalah jendela dunia, jika diberikan secara bebas tanpa pengawasan maka berarti melepaskan anak tanpa pengawasan ke dunia, seperti: naik pesawat sendiri, naik mobil sendiri, dst. Sama logikanya dengan SIM hanya diberikan pada umur tertentu yang dianggap sudah dewasa, karena tanggung jawab membawa kendaraan hanya mampu ditanggung oleh orang yang sudah dewasa. Anak jangan terlalu banyak diberikan kemudahan, dan tidak perlu juga diberikan kesusahan, karena jika anak tidak dikekang maka akan menemukan kesusahan sendiri.
Point penting yang harus dilakukan: tidak memberikan terlalu banyak kemudahan dan tidak mengekang. Berikan anak ruang untuk melakukan kreatifitas, jangan terlalu peduli dengan rumah yang berantakan, atau dan anak yang kotor. Biarkan melakukan hal-hal yang diinginkan tapi tetap diawasi agar tidak celaka, yang dilarang bukan menggunakan pisau tapi yang dilarang adalah berdarah.
Point penting yang tidak boleh dilakukan: membohongi anak, tidak boleh memberikan keinginan anak yang diminta dengan tangisan dan ancaman dari anak. Orang tua harus tega dan tegas, tetapi tidak boleh kasar.
Anak yang bermasalah adalah karena orangtua kurang perhatian, perhatian yang dimaksud dapat dilakukan dengan komunikasi dua arah seperti yang dijelaskan sebelumnya, bukan dengan memberikan barang-barang materi yang diinginkan oleh anak. Pengaruh-pengaruh lain seperti teman dan pergaulan tidak akan dapat merusak anak jika orangtuanya sudah mendidik dengan baik.
Tidak bisa menyalahkan internet, tv, lingkungan, makhluk halus atas masalah yang terjadi pada anak.
Jika dalam komunikasi dua arah dengan anak menghadapi pendapatnya yang tidak kita setujui, tidak boleh langsung disalahkan.
Poin penting yang harus dilakukan: sediakan waktu untuk anak. Tidak ada metode apapun yang dapat berhasil jika tidak diberikan waktu. Hitung jumlah waktu yang fokus diberikan untuk anak, perhatian penuh pada anak. Dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas-aktivitas bersama tetapi dengan fokus pada anak. Bedakan mengawasi dengan memperhatikan. Contoh mengawasi yaitu menyuapi anak, membiarkan anak main tanpa diperhatikan. Sampai usia sd seharusnya anak ditemani, bukan disuruh. Anak harus diberikan waktu yang mencukupi untuk diperhatikan. Menyediakan waktu untuk anak, bukan bersama anak, dan menjadi orangtua yang berkualitas dengan mementingkan praktek bukan sekedar teori.
Memberikan barang-barang materi pada anak perlu dibatasi, tetapi memberikan waktu adalah kewajiban. Lebih baik mendidik anak untuk menjadi mandiri, contohnya: biarkan anak belajar bekerja untuk mendapatkan keinginannya.
Program abah Ihsan: 1821: keluarga kumpul, connect to family. Waktunya tidak terikat dan dapat disesuaikan dengan kondisi, yang penting cukup 3 jam dalam sehari.
Pengaruh orangtua pada anak hingga umur 12 tahun sebesar 100%, 12-15 tahun sebesar 60%, 15-18 tahun sebesar 40%, dan 10% pada umur 18 tahun keatas.
Catatan tambahan: seminar isinya lebih banyak membangkitkan emosi dan menjelaskan kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan orang tua, solusi belum banyak dipaparkan, dan dirujuk untuk mencari solusi lebih lanjut dari buku2 karangan Abah Ihsan. Porsi besar dari seminar digunakan untuk menjelaskan kondisi kesalahan-kesalahan parenting dengan cara dan gaya yang lucu dan mudah dipahami masyarakat umum.
Catatan tambahan kedua: pembicara yang sukses bukan yang menguasai segala hal tetapi menguasai beberapa hal dan mampu melakukan delivery yang baik di depan publik sehingga beberapa hal yang dikuasainya itu dapat ditransfer seluruhnya kepada peserta.
It's my personal online notebook, tapi sepertinya isinya bisa dishare. Feel free to quote by mentioning the source "yang mau kutip jangan lupa sebutkan sumbernya ya" :) semoga bermanfaat..
Labels
- cognitive bias
- dalil ekonomi
- diskusi
- distribusi
- family psychology
- filsafat ekis
- finance for kids
- fiqh muamalah kontemporer
- ikigai
- konsumsi
- literasi
- makro islam
- man harta
- man investasi
- man resiko
- man strategi
- maqashid
- metolit
- motivasi
- muhammadiyah
- parenting
- penelitian
- personal finance
- personal finance theoretical frameworks
- seminar pasca
- tesis
- thejourney
- ushul fiqh
- Wakaf
Sunday, December 20, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment