Tugas 1
Aksiologis
ekonomi Islam
Essay 5-10
halaman
Paperless,
e-mail ke tanggal 13 jam 20 WIB
Ujian dari
slideshow: bisa take home atau soal di tempat tergantung manajemen
E-mail 3
hari setelah tanggal ujian, tanggal 17 jam 20 WIB
Take home: analisis
artikel
Tugas
individu dikirim e-mail di zip atau di winrar dari email kelas
METODOLOGI
EKONOMI ISLAM
Pendekatan
metodologi ilmu ekonomi Islam
Secara umum,
isu penting tentang suatu cabang ilmu adalah tentang metodologi. Karena
metodologi ini sangat mempengaruhi validitas ilmu tersebut, apakah dapat
dianggap layak atau tidak secara akademis.
Tantangan
terbesar juga dalam pembahasan metodologi, maka dianggap perlu diadakan
standarisasi metodologi tersebut, contoh: ushul iqtishad, syarat Islamisasi
ekonomi.
Perkembangan:
masa sahabat segalanya dilaksanakan berdasarkan pengetahuan empiris saat hidup
bersama dengan Rasulullah dan mempraktekkannya, generasi berikutnya lah yang mulai
berusaha merumuskan formulasi dan membukukan keilmuan tersebut.
Hubungan
metodologi ilmu dengan ilmu identik dengan ushul fiqh dengan fiqh.
Perkembangan
ilmu saat ini adalah trend dikotomi ilmu yang mengkotak2kan segala jenis ilmu
dan kehidupan dunia juga penuh dengan dikotomi.
Metodologinya
ada 2:
1. Inductive reasoning = thariqah mutakallimin, ushul assyafiiyah
1. Inductive reasoning = thariqah mutakallimin, ushul assyafiiyah
dari fakta
khusus ditarik generalisasi: mengamati lalu menyimpulkan: dari hasil observasi
empiris kemudian diambil generalisasi sebagai kesimpulannya
2. Deductive
reasoning = thariqah fuqaha, ushul hanafiyah
dari dalil
umum ditarik kesimpulan untuk kejadian khusus: menjudge kejadian khusus
berdasarkan prinsip umum yang dimiliki, dimana prinsip tersebut tidak dapat
berubah: setiap yang spesifik dilihat apa persamaannya dengan prinsip umum
Bagaimana
menempatkan inductive dan deductive yang tepat dalam ilmu ekonomi Islam.
Dalam ilmu
ekonomi konvensional yang digunakan adalah inductive reasoning, sedangkan
deductive reasoning adalah hasil dari inductive tersebut.
Contoh:
kurva Phillips yang menggambarkan hubungan antara inflasi dengan unemployment
rates yang berbanding terbalik. Hal ini didapatkan dari pengamatan atas
fenomena yang terjadi di masyarakat yang ekonominya paling berkembang saat itu
yaitu Inggris. Hasil dari proses ini menjadi teori general yang harus
dibuktikan melalui deductive reasoning. Posisi deductive pasti berada di bawah
inductive. Ilmu ekonomi konvensional dibangun atas metodologi inductive
reasoning dan berdasarkan prinsip logis empiris yaitu sesuai nalar dan dapat
dibuktikan. Inductive reasoning lebih superior dalam ilmu ekonomi konvensional,
sedangkan deductive reasoning lebih superior hanya dalam pembahasan hukum.
Dalam
ekonomi Islam, posisi inductive tidak dapat dikatakan lebih superior dari
deductive tetapi harus dicari dimana penempatan yang tepat untuk deductive dan
inductive reasoningnya. Tetapi dalam proses inductive maupun deductive tidak
boleh bertentangan dengan nash.
Jika
menggunakan realitas sebagai parameter kebenaran akan menimbulkan masalah,
parameter kebenaran adalah wahyu, realitas adalah parameter untuk menentukan
level masyarakat tersebut. Dalam memahami wahyu juga dibutuhkan ilmu oleh
karena itu ilmu dan wahyu merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dimana yang satu tidak akan lengkap tanpa yang lainnya.
Dalam Islam,
kedua reasoning dibutuhkan tetapi harus ditempatkan secara pas.
Contohnya
yaitu dimulai dari deductive reasoning, mengambil prinsip general kemudian
dibuktikan secara empiris melalui perhitungan matematis.
*Pembagian
ilmu menurut Yusuf Qardhawi yaitu: (1) ilmu fardhu ‘ain dengan (2) ilmu fardhu
kifayah. Ilmu ekonomi Islam saat ini diciptakan dari ilmu ekonomi konvensional
yang difilter dan diinject dengan muatan2 Islam.
Metodologi
adalah ilmu tentang metode, metode adalah cara. Metodologi komprehensif dari a
sampai z, rangkaian dari mulai proses awal hingga akhir.
Tujuan ilmu
ekonomi perlu diketahui dengan jelas, karena metodologinya akan sangat
dipengaruhi oleh tujuan tersebut.
Tujuan ilmu
ekonomi konvensional berhenti pada kebutuhan ekonomi di dunia, sehingga cukup
sampai kepuasan terpenuhi melalui utility atau profit. Tetapi ilmu ekonomi
Islam memiliki tujuan yang lebih jauh yaitu sampai kehidupan ukhrawi karena
Islam mengajarkan bahwa manusia melalui 4 alam: ruh, rahim, dunia, akhirat.
Sehingga tujuan akhirnya adalah visi akhirat yang seharusnya terefleksikan
dalam ilmu-ilmu ekonomi Islam. Contoh indicator ekonomi yang tidak berhenti
pada indikator2 duniawi, contoh pertumbuhan profit ditambah dengan social
approach yang berlanjut pada indicator ukhrawi seperti pertumbuhan zakat.
Perbedaan
antara ekonomi non muslim dengan muslim yaitu seharusnya yang muslim sampai
pada falah di ukhrawi ketika yang lainnya hanya sampai falah di dunia, walaupun
worldly falah merupakan letak rahmatan lil alamin. Contoh indicator falah dalam
bank syariah yaitu menjalankan transaksi2 yang tidak dilarang, jika dapat
dinaikkan levelnya dengan cara selain menjalankan transaksi tersebut juga
membina pelaku lebih dari sekedar bisnis.
Model
ekonomi Islam yang dibangun tidak lepas dari value, teori yang ada ruh
nilai2nya. Ilmu attach dengan orangnya, dan mempengaruhi bagaimana ilmu
dibangun dan disebarkan. Oleh karena itu permasalahannya ada pada orang yang
terasah baik dalam ilmu2 fardhu ‘ain maupun ilmu fardhu kifayahnya, dan tidak
hanya kuat di salah satu ilmu dan didikan saja.
Identifikasi
perbedaan ilmu ekonomi Islam dengan ilmu ekonomi konvensional sulit bagi orang
awam karena adanya irisan bagian yang sama antara ilmu ekonomi Islam dengan
ilmu ekonomi konvensional.
Step-by-step
approach lebih dominan disbanding dengan all-or-nothing approach dalam
menciptakan ilmu ekonomi Islam. Cara dalam step-by-step approach dapat
dilakukan (1) dengan meleburkan nilai2 Islam dengan ilmu ekonomi, atau (2)
dengan memasukkan nilai2 Islam dalam ekonomi atau (3) mendekatkan kajian
keIslaman pada ekonomi.
Yang terjadi
saat ini adalah kombinasi antara dua disiplin ilmu ekonomi dengan nilai ilmu2
Islam, dikarenakan masa ini adalah masa dikotomi dimana seseorang dianggap
makin ahli jika makin spesifik bidang ilmunya. Yaitu orang2 yang mempelajari
ilmu ekonomi diajari ilmu Islam, dan orang2 yang mempelajari ilmu Islam diajari
ilmu ekonomi. Proses ini belum ideal tetapi yang terbaik untuk dilakukan saat
ini (untuk kondisi darurat).
Model al
Faruqi untuk mem-blend kedua ilmu tersebut:
Identifikasi
masalah -> tugasnya apa saja -> metodologinya bagaimana -> menciptakan
rencana kerja
Islamisasi
adalah suatu istilah yang prosesnya panjang dimana kelemahan umat saat ini
adalah pendidikan dan kualitas SDM serta kelemahan visi.
Terjadinya
dikotomi menjadikan tugas kita adalah untuk memadukan pendidikan yang telah
terdikotomi dengan pendidikan Islam.
Beberapa
masalah yang ditemukan dalam pembahasan metodologi dalam Islamisasi ilmu
ekonomi.
(1) Ijtihad:
terlalu ketat atau terlalu memudahkan, sehingga terlihat seperti copy paste
ekonomi konvensional.
(2) Wahyu
dengan akal dibenturkan sehingga terlihat seperti dua hal yang saling berbeda
dan terjadi konflik.
(3)
Bagaimana membedakan antara pemikiran (thought) dengan action, dimana keduanya
saling berhubungan.
(4) Antara
budaya dengan agama menimbulkan masalah dualisme.
Rencana
Kerja Islamisasi Ilmu (al Faruqi) terdiri dari 12 tahap: (Muqorrobin, 2013)
- Menguasai ilmu modern
- Menguasai ilmu modern
- Menguasai
ilmu Islam
* Dapat
memahami realita ekonomi yang terjadi saat ini dan dapat menjawabnya dengan
solusi Islam
- Mengambil
intisari ajaran Islam yang relevan dengan ilmu yang sedang diIslamisasikan
tersebut
- Melakukan
critical assessment terhadap ilmu Islam dengan ilmu modernnya. Mengambil
pembahasan Islamic legacy yang relevan dengan langkah dalam menghadapi masalah
saat ini. Contohnya yaitu Islamic public policy yang membahas regulasi dengan
pertimbangan pertama cost and benefitnya.
- Survey
masalah2 besar yang dihadapi umat / masyarakat
- Survey
masalah yang dihadapi manusia
* Ekonomi
Islam adalah sesuatu dari langit yang turun ke bumi karena tujuannya adalah
untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia di bumi.
- Analisis
dan sintesis kreatif. Contoh inclusive banking yaitu membuka akses bank kepada
banyak orang. Kreatifitas ini akan membuat sistem keuangan Islam yang sangat
berbeda dari sistem keuangan yang berkuasa saat ini.
-
Menciptakan ilmu dalam framework Islam: out of the box, tidak sama dari yang
sudah ada tetapi dapat menjawab masalah yang ada.
- pengetahuan
Islam
* Menciptakan
laboratorium ekonomi Islam baik di level mikro maupun makro
Dosen: Irfan
Syauqi Beik, PhD
No comments:
Post a Comment