Saturday, May 17, 2014

PASCA: Filsafat dan Pemikiran Ekonomi Islam (11) Metodologi Ekonomi Islam



Tugas 1
Aksiologis ekonomi Islam
Essay 5-10 halaman
Paperless, e-mail ke  tanggal 13 jam 20 WIB

Ujian dari slideshow: bisa take home atau soal di tempat tergantung manajemen
E-mail 3 hari setelah tanggal ujian, tanggal 17 jam 20 WIB
Take home: analisis artikel

Tugas individu dikirim e-mail di zip atau di winrar dari email kelas


METODOLOGI EKONOMI ISLAM

Pendekatan metodologi ilmu ekonomi Islam

Secara umum, isu penting tentang suatu cabang ilmu adalah tentang metodologi. Karena metodologi ini sangat mempengaruhi validitas ilmu tersebut, apakah dapat dianggap layak atau tidak secara akademis.
Tantangan terbesar juga dalam pembahasan metodologi, maka dianggap perlu diadakan standarisasi metodologi tersebut, contoh: ushul iqtishad, syarat Islamisasi ekonomi.

Perkembangan: masa sahabat segalanya dilaksanakan berdasarkan pengetahuan empiris saat hidup bersama dengan Rasulullah dan mempraktekkannya, generasi berikutnya lah yang mulai berusaha merumuskan formulasi dan membukukan keilmuan tersebut.
Hubungan metodologi ilmu dengan ilmu identik dengan ushul fiqh dengan fiqh.
Perkembangan ilmu saat ini adalah trend dikotomi ilmu yang mengkotak2kan segala jenis ilmu dan kehidupan dunia juga penuh dengan dikotomi.

Metodologinya ada 2:
1. Inductive reasoning = thariqah mutakallimin, ushul assyafiiyah
dari fakta khusus ditarik generalisasi: mengamati lalu menyimpulkan: dari hasil observasi empiris kemudian diambil generalisasi sebagai kesimpulannya
2. Deductive reasoning = thariqah fuqaha, ushul hanafiyah
dari dalil umum ditarik kesimpulan untuk kejadian khusus: menjudge kejadian khusus berdasarkan prinsip umum yang dimiliki, dimana prinsip tersebut tidak dapat berubah: setiap yang spesifik dilihat apa persamaannya dengan prinsip umum
Bagaimana menempatkan inductive dan deductive yang tepat dalam ilmu ekonomi Islam.

Dalam ilmu ekonomi konvensional yang digunakan adalah inductive reasoning, sedangkan deductive reasoning adalah hasil dari inductive tersebut.
Contoh: kurva Phillips yang menggambarkan hubungan antara inflasi dengan unemployment rates yang berbanding terbalik. Hal ini didapatkan dari pengamatan atas fenomena yang terjadi di masyarakat yang ekonominya paling berkembang saat itu yaitu Inggris. Hasil dari proses ini menjadi teori general yang harus dibuktikan melalui deductive reasoning. Posisi deductive pasti berada di bawah inductive. Ilmu ekonomi konvensional dibangun atas metodologi inductive reasoning dan berdasarkan prinsip logis empiris yaitu sesuai nalar dan dapat dibuktikan. Inductive reasoning lebih superior dalam ilmu ekonomi konvensional, sedangkan deductive reasoning lebih superior hanya dalam pembahasan hukum.

Dalam ekonomi Islam, posisi inductive tidak dapat dikatakan lebih superior dari deductive tetapi harus dicari dimana penempatan yang tepat untuk deductive dan inductive reasoningnya. Tetapi dalam proses inductive maupun deductive tidak boleh bertentangan dengan nash.
Jika menggunakan realitas sebagai parameter kebenaran akan menimbulkan masalah, parameter kebenaran adalah wahyu, realitas adalah parameter untuk menentukan level masyarakat tersebut. Dalam memahami wahyu juga dibutuhkan ilmu oleh karena itu ilmu dan wahyu merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dimana yang satu tidak akan lengkap tanpa yang lainnya.
Dalam Islam, kedua reasoning dibutuhkan tetapi harus ditempatkan secara pas.
Contohnya yaitu dimulai dari deductive reasoning, mengambil prinsip general kemudian dibuktikan secara empiris melalui perhitungan matematis.

*Pembagian ilmu menurut Yusuf Qardhawi yaitu: (1) ilmu fardhu ‘ain dengan (2) ilmu fardhu kifayah. Ilmu ekonomi Islam saat ini diciptakan dari ilmu ekonomi konvensional yang difilter dan diinject dengan muatan2 Islam.


Metodologi adalah ilmu tentang metode, metode adalah cara. Metodologi komprehensif dari a sampai z, rangkaian dari mulai proses awal hingga akhir.
Tujuan ilmu ekonomi perlu diketahui dengan jelas, karena metodologinya akan sangat dipengaruhi oleh tujuan tersebut.
Tujuan ilmu ekonomi konvensional berhenti pada kebutuhan ekonomi di dunia, sehingga cukup sampai kepuasan terpenuhi melalui utility atau profit. Tetapi ilmu ekonomi Islam memiliki tujuan yang lebih jauh yaitu sampai kehidupan ukhrawi karena Islam mengajarkan bahwa manusia melalui 4 alam: ruh, rahim, dunia, akhirat. Sehingga tujuan akhirnya adalah visi akhirat yang seharusnya terefleksikan dalam ilmu-ilmu ekonomi Islam. Contoh indicator ekonomi yang tidak berhenti pada indikator2 duniawi, contoh pertumbuhan profit ditambah dengan social approach yang berlanjut pada indicator ukhrawi seperti pertumbuhan zakat.
Perbedaan antara ekonomi non muslim dengan muslim yaitu seharusnya yang muslim sampai pada falah di ukhrawi ketika yang lainnya hanya sampai falah di dunia, walaupun worldly falah merupakan letak rahmatan lil alamin. Contoh indicator falah dalam bank syariah yaitu menjalankan transaksi2 yang tidak dilarang, jika dapat dinaikkan levelnya dengan cara selain menjalankan transaksi tersebut juga membina pelaku lebih dari sekedar bisnis.

Model ekonomi Islam yang dibangun tidak lepas dari value, teori yang ada ruh nilai2nya. Ilmu attach dengan orangnya, dan mempengaruhi bagaimana ilmu dibangun dan disebarkan. Oleh karena itu permasalahannya ada pada orang yang terasah baik dalam ilmu2 fardhu ‘ain maupun ilmu fardhu kifayahnya, dan tidak hanya kuat di salah satu ilmu dan didikan saja.
Identifikasi perbedaan ilmu ekonomi Islam dengan ilmu ekonomi konvensional sulit bagi orang awam karena adanya irisan bagian yang sama antara ilmu ekonomi Islam dengan ilmu ekonomi konvensional.
Step-by-step approach lebih dominan disbanding dengan all-or-nothing approach dalam menciptakan ilmu ekonomi Islam. Cara dalam step-by-step approach dapat dilakukan (1) dengan meleburkan nilai2 Islam dengan ilmu ekonomi, atau (2) dengan memasukkan nilai2 Islam dalam ekonomi atau (3) mendekatkan kajian keIslaman pada ekonomi.
Yang terjadi saat ini adalah kombinasi antara dua disiplin ilmu ekonomi dengan nilai ilmu2 Islam, dikarenakan masa ini adalah masa dikotomi dimana seseorang dianggap makin ahli jika makin spesifik bidang ilmunya. Yaitu orang2 yang mempelajari ilmu ekonomi diajari ilmu Islam, dan orang2 yang mempelajari ilmu Islam diajari ilmu ekonomi. Proses ini belum ideal tetapi yang terbaik untuk dilakukan saat ini (untuk kondisi darurat).

Model al Faruqi untuk mem-blend kedua ilmu tersebut:
Identifikasi masalah -> tugasnya apa saja -> metodologinya bagaimana -> menciptakan rencana kerja
Islamisasi adalah suatu istilah yang prosesnya panjang dimana kelemahan umat saat ini adalah pendidikan dan kualitas SDM serta kelemahan visi.
Terjadinya dikotomi menjadikan tugas kita adalah untuk memadukan pendidikan yang telah terdikotomi dengan pendidikan Islam.

Beberapa masalah yang ditemukan dalam pembahasan metodologi dalam Islamisasi ilmu ekonomi.
(1) Ijtihad: terlalu ketat atau terlalu memudahkan, sehingga terlihat seperti copy paste ekonomi konvensional.
(2) Wahyu dengan akal dibenturkan sehingga terlihat seperti dua hal yang saling berbeda dan terjadi konflik.
(3) Bagaimana membedakan antara pemikiran (thought) dengan action, dimana keduanya saling berhubungan.
(4) Antara budaya dengan agama menimbulkan masalah dualisme.

Rencana Kerja Islamisasi Ilmu (al Faruqi) terdiri dari 12 tahap: (Muqorrobin, 2013)
- Menguasai ilmu modern
- Menguasai ilmu Islam
* Dapat memahami realita ekonomi yang terjadi saat ini dan dapat menjawabnya dengan solusi Islam
- Mengambil intisari ajaran Islam yang relevan dengan ilmu yang sedang diIslamisasikan tersebut
- Melakukan critical assessment terhadap ilmu Islam dengan ilmu modernnya. Mengambil pembahasan Islamic legacy yang relevan dengan langkah dalam menghadapi masalah saat ini. Contohnya yaitu Islamic public policy yang membahas regulasi dengan pertimbangan pertama cost and benefitnya.
- Survey masalah2 besar yang dihadapi umat / masyarakat
- Survey masalah yang dihadapi manusia
* Ekonomi Islam adalah sesuatu dari langit yang turun ke bumi karena tujuannya adalah untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia di bumi.
- Analisis dan sintesis kreatif. Contoh inclusive banking yaitu membuka akses bank kepada banyak orang. Kreatifitas ini akan membuat sistem keuangan Islam yang sangat berbeda dari sistem keuangan yang berkuasa saat ini.
- Menciptakan ilmu dalam framework Islam: out of the box, tidak sama dari yang sudah ada tetapi dapat menjawab masalah yang ada.
- pengetahuan Islam
* Menciptakan laboratorium ekonomi Islam baik di level mikro maupun makro


Dosen: Irfan Syauqi Beik, PhD

No comments: