Saturday, April 26, 2014

PASCA: Filsafat dan Pemikiran Ekonomi Islam (7-8) Epistemologi Ekonomi Islam



EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM

Epistemologi : theory of knowledge
Apa yang dapat diketahui? Bagaimana mengetahuinya? Darimana diperoleh? Bagaimana validitas pengetahuan a piori dengan a posteriori?

Epistemologi ekonomi Islam:
Darimana sumbernya? Sumber ini mempengaruhi bangunan ilmu
Bagaimana cara mengetahuinya? Apakah pengetahuan ini berhubungan dengan ekonomi Islam? Bagaimana proses mendapatkan pengetahuan tersebut? Keshahihan / validitas: a priori dengan a posteriori.

Perbedaan a priori dengan a posteriori
A priori=pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman, hipotesa, teori tanpa praktek
A posteriori=setelah mendapat pengalaman
Dibutuhkan karena cara pandang terhadap pengetahuan akan berbeda sebelum dengan setelah ada experience.

Dalam Islam sangat memungkinkan adanya perubahan pengetahuan a priori dengan a posteriori, jika sumbernya salah dipahami atau salah mengambil sumber.
Ilmu ekonomi mempelajari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Epistemologi ekonomi Islam = hakikat ilmu, esensi, makna sesungguhnya dari ekonomi Islam
Ekonomi Islam dengan konvensional berbeda dasar = kodrat / nature / karakter dasar dan scope pengetahuan / ruang lingkup
Epistemologi ekonomi Islam: esensi, karakter dasar, ruang lingkup -> originalitas
Dalam ekonomi Islam, ilmu manajemen, bisnis, dll merupakan cabang dari ilmu ekonomi sedangkan dalam konvensional merupakan ilmu tersendiri karena perbedaan epistemologinya.
Originalitas ekonomi Islam: contoh ketika menggantikan bunga dengan bagi hasil dalam kurva LM, kurva equilibrium antara money demand dengan money supply. Tidak relevan menggantinya begitu saja dan dianggap tidak original.
Selama ekonomi Islam belum dapat menjawab pertanyaan epistemologi ini maka akan terus dianggap sebagai penjiplak.
Sedangkan ilmu ekonomi di fakultas ekonomi yang ada di Indonesia semuanya mempelajari ekonomi neoklasikal.
Dalam pandangan yang sekuler sumber ilmu adalah akal dan panca indera, yang diawali karena kegagalan peradaban yang mengikuti agama pada masa dark ages di Eropa. Orang yang memiliki pemikiran berbeda dengan doktrin gereja saat itu dihukum mati, ketika rasionalitas manusia terus berkembang maka agama ditinggalkan. Barat maju ketika mereka meninggalkan agama tetapi umat Islam terpuruk ketika mereka meninggalkan agama.
Dasar pembentukan ilmu ekonomi yaitu intellect: proses reasoning = nalar akal dan panca indera, tetapi nalar manusia berbeda2. Contoh: bunga menambah harta jika dipinjamkan, sehingga dikembangkan oleh ekonomi neoklasikal.
Proses reasoningnya bisa berbeda, untuk menjembataninya mereka membuat kriteria yang harus bersifat objektif. Contoh: garis kemiskinan disusun dari 2 standar: makanan dan non makanan. Garis kemiskinan bukan makanan dari komoditas yang dibuat monetary valuenya. Nilai 293rb per orang per bulan, dibawah itu adalah miskin. Tetapi sedikit diatasnya tidak termasuk miskin padahal nilainya masih sangat kecil tetapi hal ini dianggap yang objektif.
Ketika membahas tentang index kebahagiaan, GDP, dll berdasarkan reasoning yang mendapat validitas dari teori objektifitas. Objektifitas akan divalidasi. Dari hal inilah ilmu ekonomi berkembang, sehingga tidak selalu sama dan berkembang banyak mazhab2 dalam ilmu ekonomi.
Contoh reasoning dengan teori objektivitas: kesejahteraan ekonomi dicapai ketika efisiensi tercapai, minimum wasteful resources. Tetapi efisiensi berkaitan dengan size, siapa pemain yang ada dibalik pasar who is the player. Sehingga perdagangan bebas di satu sisi menciptakan efisiensi tetapi di sisi lain hanya pemain besar yang dapat bertahan dan terjadi take over atau pengambilalihan pasar dari produsen kecil kepada produsen besar. Objektivitas: siapa yang menjadi target dan apa kepentingannya.
Yang disebut objektif oleh ekonomi konvensional adalah: efisiensi, dll.
Sehingga perdebatannya terjadi di level epistemologi.
Kriteria objektif di ekonomi konvensional: observasi empiris + metodologi yang benar & bebas nilai: normative statement harus lewat proses verifikasi = kebenaran empiris, tidak ada kebenaran yang mutlak, berubah sesuai waktu tempat budaya -> relativism.
Contoh: ketika riba dilarang maka harus diverifikasi dulu.
Teori ekonomi berubah dengan munculnya mazhab2 dan saling menyalahkan mazhab lain.

Kebenaran mutlak vs relatif

Sofisme di zaman Yunani Kuno menciptakan skeptisisme dan relativisme: benar menurut A belum tentu benar menurut B -> memunculkan istilah ekonomi mainstream vs heterodoks dan menciptakan mazhab2.
Objektifitas adalah rasionalisasi dari subjektifitas.
Sejarah ekonomi mazhab2: classical -> keynes -> neo classical -> new Keynesian
Cara mengetahui ada 2 aliran:
1. Rasionalisme: dari rasio dan logis menghasilkan pengetahuan logis.
2. Empirisme: dari pengalaman menghasilkan pengetahuan empiris.
Contoh logis: makanan enak pantas untuk dibisniskan, contoh empiris: melihat titik keramaian, pesaing, harga, dll.
Kadang pengetahuan empiris menciptakan hasil yang berbeda dengan pengetahuan logis. Contohnya logikanya jika mengenakan bunga harta bertambah, tetapi telah dibuktikan secara empiris bunga menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun.
Kadangkala juga pengetahuan empiris hasilnya tidak logis. Terjadi perbedaan antara rasionalisme dengan empirisme.
Dua metodologi pengetahuan yang berbeda ini kemudian digabung menjadi: scientific method.
Penggabungan rasionalisme dengan empirisme menghasilkan pengetahuan yang ilmiah.
Pengetahuan ilmiah: logis dan empiris, logis dan bisa dibuktikan secara empiris.
Pengetahuan filsafat: logis tetapi tidak empiris. Contoh: takdir, jika sesuatu telah ditentukan (umur, rezeki, jodoh) untuk apa berusaha.
Ilmu ekonomi konvensional dibangun atas hal seperti itu sehingga wajar tidak ada pembahasan tentang halal dan haram.
Contoh cara berpikir logis tentang ilmu ekonomi yang mempelajari human behavior, manusia yang diamati adalah homo economicus yang didasarkan pada self-interest: tindakan ekonomi yang dilakukan agar menguntungkan pribadinya. Konsekuensinya menjadi dasar pembentukan teori2 seperti budget line dan indifference curve, maximum utility, maksimalisasi profit oleh perusahaan. Filsafat ekonomi sudah tidak dibahas lagi di fakultas2 ekonomi padahal ini merupakan landasan cara berpikir.
Semua ilmu harus punya philosophical foundation yang kuat / epistemological foundation: termasuk meyakini bebas nilai adalah sebuah nilai.
Rasionalisme + empirisme = scientific method -> positivisme
Segala logika harus ada ukurannya, contoh pengukuran indikator2 ekonomi.

Mainstream ekonomi: ilmu ekonomi konvensional harus berlandaskan filosofis logis, teori ilmiah berdasarkan paham positivisme, dan dapat diukur sebagai empirical evidence.
Sumber ilmu lainnya yang lebih rendah daripada akal dan panca indera adalah intuisi: paham intuisionisme yaitu nalar, wisdom.

Dari proses2 tadi, definisi pengetahuan menurut perspektif barat yaitu pengetahuan terbagi 2 yaitu science dan knowledge. Science (ilmu pengetahuan) untuk ilmu empiris dan knowledge (pengetahuan) untuk yang non fisik. Sehingga agama masuk kepada kategori knowledge, bukan science. Letak knowledge ada di bawah science karena sudah melewati proses empiris, proses metode ilmiah.
Knowledge tidak perlu diketahui semuanya, jika tidak tahu tidak rugi.
Teori2 dalam ilmu ekonomi konvensional akan disebut science ketika telah melewati prosedur ilmiah yang disebut positive statement. Sedangkan normative statement adalah yang belum melewati prosedur ilmiah. Dengan tingkatan: statement -> knowledge -> science.

EPISTEMOLOGI ILMU EKONOMI ISLAM

Istilah ekonomi Islam dengan syariah dipersamakan di Indonesia dikarenakan hal politik.
Sumber pengetahuan ilmu ekonomi Islam berbeda dengan ilmu ekonomi konvensional.
Yaitu:
1. Sumber tertinggi yang kebenarannya bersifat absolut dan mutlak: Quran dan Sunnah.
2. Akal dan panca indera: membangun logika dan mencari bukti empiris terhadap kebenaran Quran dan Sunnah: sumber kedua ini hanya mendukung sumber pertama dan tidak dapat mengalahkan sumber pertama. Mendekatkan realitas dengan idealitas ajaran Islam, sehingga ajarannya tidak dapat dirubah.
3. Intuisi (bashirah) didapatkan dengan menghidupkan hati, membangun intuisi. Ahmad Tafsir mengatakan ada ilumionasionisme yaitu ilham sebagai sumber pengetahuan tambahan yang diberikan pada manusia yang hatinya bersih tunduk patuh pada Allah berdasarkan teori kasyf.

Contoh membayar zakat secara logika sederhana mengurangi harta tetapi Quran mengatakan bertambah bahkan berlipat, kemudian logikanya dikembangkan dan ditemukan logika ekonomi makro yang dapat menemukan kebenaran bahwa zakat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa berbagi mensejahterakan.
Proses simultaneous antara sumber kebenaran absolute dengan sumber logika empiris, setiap permasalahan ada solusi yang dibuka baginya.

Pendapat ulama:
- An Nasafi: saluran sumber ilmu adalah indera, akal, intuisi melalui informasi yang benar dengan sumber tertinggi wahyu.
- Al Ghazali: indera, intuisi dan akal tidak bertentangan dengan wahyu.

Definisi ilmu pengetahuan:
Definisi beragam / limitless (Wan Daud dan Al Attas) tetapi esensinya ilmu adalah yang datang dari Allah dan diperoleh oleh jiwa yang aktif dan kreatif (deskripsi oleh Al Attas).
Semua hal datang dari Allah, hanya bagaimana menginterpretasikannya agar semakin dekat dengan Allah. Hasil ilmuwan akan berbeda apakah mendekati Allah atau menjauhiNya berdasarkan basis keimanan atau bukan.

Dalam Islam tidak ada dikotomi ilmu antara yang ilmiah dan tidak ilmiah.
Pembagian ilmu berdasarkan ulama2 Al Ghazali, Ibnu Taimiyah, dll terbagi dua yaitu yang berdasarkan wahyu dan yang tampak. Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi terbagi menjadi fardhu ‘ain dan fardhu kifayah.

Tools of analysis seperti index dan indikator2 ekonomi yang digunakan ilmu konvensional ada yang dapat diterima ada yang tidak dapat diterima dalam ekonomi Islam tergantung apakah sesuai dengan landasan epistemologinya sehingga boleh saja dipakai jika tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Dosen: Irfan Syauqi Beik, PhD

No comments: