Saturday, March 6, 2010

Tokoh Ilmu Mantiq: Al-Farabi

A. Pendahuluan

Logika berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti kata-kata, pikiran, ide, argumen, alasan, prinsip. Sedangkan secara istilah ilmu logika dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum untuk yang digunakan untuk membedakan cara berpikir yang benar dari cara berpikir yang salah dalam rangka mencari suatu kebenaran. Logika merupakan cabang dari Ilmu Filsafat yang dimulai dari tokoh-tokoh Yunani seperti Aristoteles, Plato, Socrates, dll.
Kemudian pada abad II Hijriah, ilmu-ilmu Yunani mulai diterjemahkan ke dalam dunia Arab oleh para ilmuwan Islam. Termasuk diantaranya Logika yang diadopsi ke dalam ilmu Islam dengan nama Ilmu Mantiq. Mantiq berasal dari kata nataqa yang berarti berkata atau berucap. Sedangkan yang termasuk tokoh-tokoh ilmu Mantiq di dunia Islam adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd, dll.
Kegunaan mempelajari logika adalah :
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik.
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut point 1 maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

B. Sejarah Singkat Kehidupan Al-Farabi

Al-Farabi adalah sebuah nama julukan, sedangkan nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkham bin Uzlagh al-Farabi. Beliau dikenal dengan nama Alfarabius atau Avennasar di teks-teks latin abad pertengahan. Sedangkan untuk riwayat hidupnya, sumber yang ditemui tidak terlalu dapat dipertanggungjawabkan keasliannya Namun dapat disimpulkan bahwa terdapat dua periode dalam kehidupan Al-Farabi.
Periode pertama dimulai sejak kelahirannya sampai beliau berumur 50 tahun. Al-Farabi dilahirkan pada tahun 258 H / 870 M di desa kecil bernama Wasij di dekat Farab yang dahulu masuk ke dalam wilayah Iran (Persia), akan tetapi saat ini menjadi bagian dari Kazakhstan, wilayah Turkistan, Rusia. Mengenai kebangsaan aslinya, masih diperdebatkan apakah ia keturunan Turki atau Persia. Ayahnya adalah seorang Jenderal yang memiliki posisi penting di Persia.
Di masa kecil, Al-Farabi dikenal rajin belajar dan memiliki otak yang cerdas. Latar belakang pendidikannya adalah keagamaan dan bahasa. Di bidang keagamaan ia mempelajari Fiqh, Hadits, dan Tafsir Al-Qur’an. Sedangkan di bidang bahasa, ia mempelajari bahasa Arab, Turki, dan Parsi. Setelah itu mempelajari studi-studi rasional seperti Matematika dan Filsafat. Dan di Persia ia sempat juga bekerja sebagai hakim.
Periode kedua dimulai ketika Al-Farabi mulai mencari ilmu diluar tanah kelahirannya. Pada saat berumur 50 tahun, ia pergi ke Baghdad dan disana mempelajari logika secara lebih mendalam kepada gurunya seorang tokoh logika terkenal di Baghdad pada saat itu yang bernama Abu Bisyr Matta ibn Yunus. Karena Al-Farabi kemudian menjadi sangat mahir dalam Logika sampai mengungguli gurunya, ia dikenal sebagai “Guru Kedua” (al-Mu’allim al-Tsani / The Second Teacher) dalam bidang itu setelah Aristoteles. Dan ia juga memiliki murid yang bernama Yahya ibn ‘Adi.
Saat pergolakan politik di Baghdad memuncak pada 330 H / 943 M, Al-Farabi mendapat undangan dan perlindungan dari khalifah Syiah dinasti Hamdaniyah yang bernama Saifuddawlah, maka ia pindah lagi ke Damsyik di Aleppo (Halab). Ia tinggal di sana bersama para pengikutnya, sampai umur 80an saat ia wafat pada tahun 339 H / 950 M.

C. Karya-Karya Al-Farabi


1. Karya-karyanya di bidang Logika antara lain :
• At-Tahtawi fi al-Mantiq (terjemahan bahasa Turki)
• Introductory Section on Logic (terjemahan bahasa Inggris)
• Treatise in the Canons of Art of Poetry (terjemahan bahasa Inggris)
2. Karya-karyanya di bidang Fisika antara lain :
• On Vacuum (terjemahan bahasa Inggris)
• Agains Astrologi (terjemahan bahasa Jerman)
3. Karya-karyanya di bidang Metafisika amtara lain :
• Aboot tye Scope of Aristotles Metafisics (terjemahan bahasa Jerman)
• Fi al-Wahid wa al-Wahda (terjemahan bahasa Arab)
4. Karya-karyanya di bidang lain :
• Kitab Ihsa al-Ulum
• Kitab al-Musiqa

D. Kontribusi Al-Farabi bagi Berbagai Bidang Ilmu

Al-Farabi mempunyai kontribusi yang berarti di bidang Logika, Matematika, Kedokteran, Musik, Filsafat, Psikologi, dan Sosiologi.

1. Logika
Al-Farabi adalah tokoh Logika muslim pertama yang mengembangkan logika non-Aristoteles. Dia mendiskusikan topik-topik seperti kontingensi masa depan, angka-angka, hubungan antar klasifikasi, hubungan antara logika dengan tata bahasa, bentuk definisi (inference) non-Aristoteles. Dia juga dianggap sebagai yang mencetuskan pembagian Logika menjadi 2 bagian yang berbeda yaitu ide dan bukti.
Karena Logika merupakan cabang ilmu yang berkaitan erat dengan induknya, Filsafat, maka kontribusi Al-Farabi dalam Logika juga berkaitan erat dengan kontribusinya terhadap Filsafat.

2. Musik dan Sosiologi
Al-Farabi menulis buku-buku mengenai sosiologi di masa-masa awal Islam dan sebuah buku mengenai musik yang berjudul Kitab al-Musiqa. Dia dapat memainkan bahkan menemukan sejumlah alat musik, serta sistem nada Arab asli darinya masih digunakan di musik-musik Arab. Risalah Al-Farabi yang berjudul Meanings of the Intellect membahas mengenai efek terapi musik terhadap jiwa.

3. Filsafat
Sebagai seorang filosof, Al-Farabi adalah pendiri sekolah Filsafat Islam awal yang dikenal dengan nama Farabism atau Alfarabism, walaupun akhirnya aliran itu tertutupi oleh kebesaran aliran Avicennism. Sekolah filsafat Al-Farabi menentang filsafat Plato dan Aristoteles dan tidak lagi membahas mengenai metafisika akan tetapi lebih banyak membahas mengenai metodologi yang merupakan modernisasi ilmu Filsafat. Ia menggabungkan teori dengan praktek dalam filsafat, akan tetapi memisahkan praktek dengan teori dalam politik. Teologi neoplatonisnya, lebih dari sekedar metafisika sebagai retorika. Dalam usahanya untuk menemukan kebenaran mengenai Sumber Pertama, ia menemukan batasan atas pengetahuan manusia.
Al-Farabi mempunyai pengaruh besar di bidang ilmu sains dan filsafat selama beberapa abad, dan diberi julukan sebagai yang kedua terbaik dalam pengetahuan setelah Aristoteles pada masanya. Hasil karyanya mengenai filsafat dan sufisme, membuka jalan bagi karya Ibnu Sina.
Al-Farabi juga menulis sebuah komentar panjang mengenai karya Aristoteles, dan di salah satu karya terbaiknya Al-Madina al-Fadila, ia mencetuskan teori mengenai negara yang ideal seperti yang ada di dalam karya Plato berjudul The Republic. Al-Farabi menampilkan agama sebagai sumber simbolis bagi kebenaran, dan seperti halnya Plato, menganggap bahwa tugas para filosof adalah menyediakan bimbingan terhadap negara. Dengan pengaruh dari karya-karya Aristoteles yang dipelajarinya dalam The Ideas of the Citizens of the Virtuous City dan buku-buku lainnya, Al-Farabi mengembangkan pandangan bahwa filsafat dan revelation adalah dua model berbeda yang menuju kebenaran yang sama.

4. Fisika
Al-Farabi juga dikenal sebagai ilmuwan Islam pertama yang meneliti keberadaan ruang hampa dalam Fisika Islam. Dalam termodinamika, tampaknya ia telah melakukan percobaan awal mengenai keberadaan ruang hampa dengan meneliti ruang di dalam genggaman tangan ketika dimasukkan ke dalam air. Ia menarik kesimpulan bahwa volume udara dapat mengembang untuk memenuhi ruang hampa yang tersedia, dan ia menyatakan bahwa konsep keberadaan ruang hampa total adalah tidak mungkin.

5. Psikologi
Dalam psikologi, risalah-risalah psikologi sosial dan kota percontohan karya Al-Farabi adalah termasuk karya-karya awal yang membahas mengenai psikologi sosial. Dia menyatakan bahwa ”individu yang berdiri sendiri tidak dapat mencapai seluruh kesempurnaan tanpa bantuan individu lainnya.” Ia menulis bahwa ”adalah merupakan naluri seorang manusia untuk bergabung dengan manusia lainnya dalam suatu hal harus dikerjakan.” Ia menyimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat sedekat mungkin dengan kesempurnaan, setiap manusia membutuhkan untuk berada di tengah-tengah suatu lingkungan masyarakat dan berhubungan dengan mereka.
Salah satu bab dalam bukunya Kota yang Ideal, yang berjudul Penyebab Mimpi, adalah merupakan suatu risalah mengenai mimpi, dimana ia merupakan ilmuwan pertawa yang membedakan antara interpretasi mimpi dengan penyebab alami mimpi.


E. Logika Al-Farabi

Ibnu Khaldun mengatakan bahwa Aristoteles digelari sebagai ”Guru Pertama” karena dia meluruskan dan mengumpulkan kajian-kajian dalam Logika dan permasalahannya. Sedangkan Al-Farabi disebut ”Guru Kedua” karena dia mengarang buku, mengumpulkan, menyempurnakan terjemahan karya Aristoteles.
Al-Farabi adalah tokoh yang memasukkan ilmu Logika ke dalam kebudayaan Arab. Ia mempelajari dan menyelidiki lebih mendalam Logika Yunani yaitu mengenai lafadz dan menguji kaidah-kaidah Mantiq dalam proposisi-proposisi kehidupan sehari-hari untuk membuktikan benar atau salahnya proposisi-proposisi tersebut.
Yang termasuk di dalam pembahasan Logika karya Al-Farabi adalah : kontingensi masa depan, angka-angka, hubungan antar klasifikasi, hubungan antara logika dengan tata bahasa, bentuk definisi (inference) non-Aristoteles, mencetuskan pembagian Logika menjadi 2 bagian yang berbeda yaitu ide dan bukti, memperkenalkan teori silogisme kondisional dan definisi (inference) dengan analogi.
Sebagian dari pemikirannya mengenai Logika adalah : ”Pokok-pokok pembahasan Logika ialah untuk memeriksa dan membedakan antara benar atau palsu, penyelidikan ini akan membawa kita pada suatu ilmu, atau pendapat, yang belum kita ketahui. Karena itu yang menjadi sasaran dalam pelajaran Logika, memperbedakan, antara asli dengan tidak asli, antara baik dan jahat. Pada akhirnya kita akan sampai pada kesempurnaan. Kesempurnaan dapat membersihkan, jiwa-jiwa yang bersih akan dapat mencapai keberuntungan sempurna dan keputusan sebenarnya.

F. Pembahasan Singkat Logika yang Berkaitan dengan Logika Al-Farabi

1. Definisi
Definisi adalah pengetahuan yang kita butuhkan. Mendefinisikan adalah menyebut sekelompok karakteristik suatu kata sehingga kita dapat mengetahui pengertiannya serta dapat membedakan kata lain yang menunjuk objek yang lain pula. Karakteristik adalah genera (jenis) dan differentia (sifat pembeda). Mendefinisikan suatu kata adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang dikandungnya.
Agar pembuatan definisi terhindar dari kekeliruan perlu diperhatikan standarisasi sebagai berikut :
a. Definisi tidak boleh lebih luas atau lebih sempit dari konotasi kata yang didefinisikan.
b. Definisi tidak boleh menggunakan kata yang didefinisikan.
c. Definisi tidak boleh memakai penjelasan yang justru membingungkan.
d. Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negatif.

2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan objek yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesiesnya. Pembagian (logical division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupnya. Penggolongan adalah mencoba mengatur objek-objek dalam kelompok spesia. Pembagian bergerak dari atas ke bawah yaitu dari genera kepada spesia. Sedangkan penggolongan bergerak dari bawah ke atas yaitu dari individu-individu menuju spesianya.

3. Proposisi
Proposisi merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna. Contohnya dari pemikiran ”Si A yang sedang duduk di ruang tamu adalah murid Si B.” terdiri dari proposisi-proposisi sebagai berikut : (a) Si A sedang duduk, (b) Si A berada di ruang tamu, (c) Si A adalah seorang murid, (d) Si B adalah seorang guru, (e) Hubungan antara Si A dan Si B adalah murid dengan guru.


4. Silogisme
Silogisme adalah argumen yang konklusinya diambil secara pasti dari premis-premis yang menyatakan permasalahan yang berlainan. Premis (mukadimah) adalah proposisi-proposisi yang menjadi dasar pengambilan kesimpulan. Proposisi yang dihasilkan dari sintesis kedua premisnya disebut kesimpulan (konklusi). Term yang menghubungkan masing-masing premis disebut term penengah (middle term). Premis terdiri dari : (a) Premis mayor (pangkalan umum) yang termnya menjadi predikat pada konklusi, dan (b) Premis minor (pangkalan khusus) yang termnya menjadi subjek pada konklusi. Contoh silogisme :
• Premis mayor : Semua tanaman(middle term) membutuhkan air(predikat).
• Premis minor : Akasia(subjek) adalah tanaman(middle term).
• Konklusi : Akasia(subjek) membutuhkan air(predikat).

5. Kontingensi
Pada Filsafat dan Logika, kontingensi adalah status sebuah fakta yang tidak harus benar atau salah secara logika. Dalam Filsafat dan Logika, orang-orang membedakan antara :
• Kemungkinan (possibility) : jika suatu kejadian telah terjadi, maka kejadian tersebut adalah kejadian yang memungkinkan untuk terjadi. Sebuah pernyataan yang mungkin belum tentu salah. Sebuah possibility bisa berupa kontingensi juga bisa berupa keharusan, tetapi tidak bisa berupa kedua-duanya.
• Kontingensi (contingency) : adalah ketika suatu kejadian yang bisa saja tidak telah terjadi. Setiap kontingensi juga merupakan possibility akan tetapi tidak setiap possibility juga merupakan kontingensi. Sebuah pernyataan yang kontingen belum tentu salah dan belum tentu benar.
• Keharusan (necessity) : yaitu suatu kejadian yang tidak bisa tidak telah terjadi. Dengan kata lain, sebuah kejadian yang necessary harus telah terjadi. Setiap kejadian yang necessary juga merupakan possibility tapi tidak semua kejadian yang mungkin juga merupakan kejadian yang necessary. Sebuah pernyataan yang necessary adalah sebuah pernyataan yang harus benar.

G. Kesimpulan

1. Logika merupakan cabang dari Filsafat dan dikenal dengan istilah Ilmu Mantiq dalam ilmu-ilmu Islam.
2. Al-Farabi adalah tokoh ilmuwan Islam yang mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti kebanyakan ilmuwan pada masanya.
3. Akan tetapi, keahliannya yang paling menonjol adalah dalam ilmu Mantiq sehingga ia dijuluki ”Guru Kedua” setelah Aristoteles.
4. Semasa hidupnya, Al-Farabi sering berpindah-pindah tempat tinggal untuk mempelajari ilmu-ilmu.
5. Al-Farabi adalah tokoh ilmuwan Islam yang pertama memasukkan ilmu Logika ke dalam kebudayaan Arab, yang diadopsi dari kebudayaan Yunani.

Daftar Pustaka

Amin, Husayn Ahmad, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam (Terjemahan). Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Barmawi, Ahmad, M.Ag., 118 Tokoh Muslim Genius Dunia. Jakarta : Restu Agung,
2006.
Dasoeki, Thawil Akhyar, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam. Semarang : CV. Toha
Putra Group, 1993.
http://en.wikipedia.org
http://id.wikipedia.org
Mundiri, Drs. H., Logika. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2005.
Syarif, M.M. M.A., Para Filosof Muslim (Terjemahan). Bandung : Penerbit Mizan,
1991.

Disampaikan pada matakuliah Pengantar Logika STEI dan STAI Tiara Jakarta, dibawakan oleh H.M. Adnan, Lc.M.A. pada Semester Ganjil 2008/2009

No comments: