Saturday, March 6, 2010

Kitab dan Rasul

KATA PENGANTAR

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan dan menghadirkan kepada rekan-rekan mahasiswa sebuah makalah dengan tema “Kitab & Rasul”.
Ucapan Terima Kasih kami sampaikan kepada Bp. H. Ali Akhmadi, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyusunan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadari, makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, karenya kritik dan saran dari rekan-rekan mahasiswa sangat kami harapkan. Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu kita dalam memahami mata kuliah study Islam.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jakarta, 3 Oktober 2006

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

1. Pengertian Kitab
2. Sejarah Kitab yang dianggap Wahyu
3. Wahyu menurut Islam
4. Al-Qur’anul Karim
5. Nama-nama Al-Qur’an
6. Pengertian Rasul
7. Sejarah singkat tentang Rasul
8. Rasul dimata agama secara umum
9. Muhammad adalah Rasul Penutup
10. Keistimewaan Rasulullah saw
11. Tugas-Tugas Kerasulan

Kitab

I. Pengertian kitab
- Dalam Kitab Mu’jam Al-Wasith disebutkan bahwa Al-Kitab adalah lembaran – lembaran yang dikumpulkan. Jamaknya Al-Kutub. seperti : Al-Qur’an, Taurat, Zabur dan Injil. Al-Kitab juga bermakna Al-Hukmu, seperti dalam firman Allah :
لأُقْضِيَنَّ بَيْنَكُمَا بِكِتَابِ الله
“Dan aku pasti benar-benar akan menghukumi diantara kalian berdua dengan kitab Allah (hukum Allah).”
Al-Kitab juga bermakna Al-‘Ajal (ketetapan) atau Al-Qadar (ketentuan).

- Adalah kitab atau lembaran-lembaran yang diturunkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya, dan merupakan kalam-Nya yang benar, yang berisikan segala yang hak, petunjuk dan cahaya.

II. Sejarah kitab yang dianggap wahyu/diwahyukan
Wajib bagi kita untuk beriman kepada semua kitab yang diwahyukan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Adapun jumlahnya tak terhitung banyaknya, tiada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT, namun ada beberapa yang telah diketahui, diantaranya : Suhuf Ibrahim, Taurat, Injil dan Al-Qur’an.
Namun telah terjadi penyimpangan dan penyelewengan serta perubahan terhadap isi kitab-kitab tersebut kecuali Al-Qur’an. Karena Allah SWT sendiri yang telah menjamin penjagaannya sehingga tidak terjadi perubahan sedikitpun didalamnya.
Allah SWT berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا نَحْنُ لَحافِظُوْنَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q. S. Al-Hijr : 9)

Didalam ayat yang lain disebutkan :
لاَ يَأْ تِيْهِ البَاطِلَ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيْلٌ مِنْ حَكِيْمٍ حَمِيْدٍ
“(yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q. S. Al-Hijr : 9)

Sehingga Al-Qur’an yang kita baca sekarang sama persis dengan Al-Qur’an yang dibaca oleh para sahabat r.a. empat belas abad yang silam.

III. Wahyu menurut Islam
Wajib diambil dari akar kata waha-yahi-wahyan yang secara etimologis berarti suara, api, kecepatan, bisikan, rahasia, isyarat, tulisan dan kitab.
Dalam Al-Qur’an sendiri disebutkan 77 kali kata wahyu. Yang digunakan untuk menerangkan beberapa pengertian, diantaranya :
- Wahyu dalam arti ilham (instink atau intuisi)
- Wahyu dengan arti perintah
- Wahyu dalam arti bisikan/bujukan
- Wahyu dengan arti isyarat

Sedangkan pengertian wahyu secara terminologis menurut pendapat :
a. Syekh Muhammad Abduh
Wahyu ialah pengetahuan yang didapat seseorang pada dirinya sendiri dengan keyakinan yang penuh, bahwa pengetahuan itu datang (berasal) dari Allah SWT, baik melalui perantara atau tidak.
b. Al-Sayyid Rasyid Ridha
Suatu ilmu yang dikhususkan untuk para Nabi dengan tidak mereka usahakan dan tidak mereka pelajari. Wahyu ialah suatu pengetahuan yang mereka peroleh dalam dirinya dengan tidak berijtihad (lebih dahulu) yang disertai oleh suatu pengetahuan yang timbul dengan sendirinya dan diyakini bahwa yang memasukkan ke dalam jiwa mereka adalah Allah Yang Maha Kuasa.

Kata wahyu dalam istilah teknis sehari-hari lebih banyak digunakan dengan pengertian “ajaran Allah yang disampaikan dengan cepat dan rahasia kepada para Nabi dan Rasul.”

Cara penyampaian wahyu ada 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Allah memasukkan pengetahuan ke dalam jiwa Nabi tanpa melalui perantaraan malaikat.
2. Allah memperdengarkan suara dari balik tabir.
3. Melalui seorang utusan, yaitu malaikat.

IV. Alqur-anul Karim
Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari kata qara’a-yaqra’u-qur’an, yang berarti bacaan. Tetapi para ulama berbeda pendapat tentang pengertian Al-Qur’an menurut bahasa :
• Asy-Syafi’I : kata Al-Qur’an itu bukan pecahan dari akar kata apapun. Yaitu diberi nama seperti itu secara khusus.
• Al-Farra : Kata Al-Qur’an berasal dari qara’in yang berarti jama’ dari kaitan. Karena ayat Al-Quran saling berkaitan satu sama lain.
• Al-Asyari : Kata Al-Qur’an berasal dari qarn yang berarti gabunga/kaitan.

Sedangkan pengertian Al-Qur’an secara istilah adalah firman Allah dalam bahasa Arab (quraisy) yang mengandung mukjizat yaitu tahan uji, yang diturunkan kepada Nabi terakhir melalui perantara malaikat dan tertulis dalam mushaf-mushaf sampai kepada kita melalui jalur mutawatir (dari orang banyak kepada orang banyak) dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.
Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada malam di bulan Ramadhan yang disebut Lailatul qadr (malam kemuliaan) dan kemudian dilanjutkan secara berangsur-angsur selama 20 tahun. Ayat-ayat dalam Al-Qur’an dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : Ayat Makkiyah yang diturunkan di Mekkah yang kebanyakan berisi tentang Aqidah dan ayat Madaniyah yang diturunkan di Madinah yang kebanyakan berisi tentang hukum-hukum dan cerita.
Kandungan Al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi :
1. Aqidah, yaitu isi kandungan Al-Qur’an tentang keyakinan yang terpenting, disebut juga ushuluddin, ilmu kalam dan tauhid.
2. Syariat Ibadah, yaitu yang menjadi tujuan penciptaan manusia dan jin untuk menciptakan ketaqwaan.
3. Wa’du dan Wa’id yang berarti janji baik dan ancaman buruk yang pada umumnya dikaitkan dengan masalah-masalah keimanan dan hukum.
4. Akhlaq, yang juga dikenal dengan istilah etika atau moral. Diantara tujuan utama dari kenabian dan kerasulan Muhammad saw adalah untuk menyempurnakan akhlaq.
5. Hukum, yaitu seluruh ketentuan yang dibutuhkan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat yang berisi perintah dan larangan disimpulkan dalam ilmu fiqh.
6. Kisah-kisah yang pasti benar dan bermanfaat bagi manusia agar dapat mengambil pelajaran darinya.
7. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang disebut ayat kauniyah / ayat ‘ulum yang dapat mendorong para ilmuwan untuk memperhatikan alam semesta dan menggali ilmu pengatahuan sebanyak-banyaknya.

Asmaa Al-Qur’an / Nama-nama Al-Qur’an

Nama-nama lain bagi Al-Qur’an yang disebut sendiri oleh Allah diantaranya :
1. Al Kitaab (kitab)
Perkataan kitab dalam bahasa Arab dengan barisan tanwin di akhirnya (kitabun) memberikan makna umum yaitu sebagai kitab yang tidak tertentu. Apabila ditambah dengan alif dan laam didepannya menjadi Al Kitab ia telah berubah menjadi sesuatu yang khusus (tertentu). Dalam hubungan ini, nama lain bagi Al Qur’an itu disebut oleh Allah adalah Al Kitab. Sesuai dengan dalil yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 2.


2. Al Hudaa (petunjuk)
Allah telah menyatakan bahwa Al Qur’an itu adalah petunjuk. Dalam satu ayat Allah menyatakan ia sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan satu ayat yang lain ia sebagai petunjuk untuk manusia seluruhnya. Apabila disebut oleh Allah sebagai petunjuk maka ia merupakan sumber rujukan dan jarum kompas bagi kehidupan manusia. Dalilnya terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 2 dan ayat 185.
3. Al Furqaan (pembeda)
Allah memberikan nama lain Al Qur’an dengan Al Furqaan berarti Al Qur’an sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil. Hal ini sesuai dengan firmanNya dalam surat Al Qomar ayat 1.
4. Ar Rahmah (Rahmat)
Allah menamakannya dengan rahmat karena dengan Al Qur’an ini akan melahirkan iman dan hikmah. Bagi manusia yang beriman dan berpegang kepada Al Qur’an ia akan mencari kebaikan dan cenderung kepada kebaikan itu. Dalilnya yaitu dalam Al Qur’an surat ke 17 ayat 82.
5. Ar Ruuh (ruh)
Sifat ruh adalah menghidupkan sesuatu. Seperti jasad manusia yang bila tanpa ruh akan mati, busuk, dan tidak berguna. Bahkan ia akan dipandang seperti binatang yang mati di tepi jalan. Dalam hubungan ini menurut ulama Al Quran mampu menghidupkan hati-hati yang mati sehingga dekat dengan penciptanya. Dalilnya yaitu dalam Al Qur’an surat ke 42 ayat 52 dan surat ke 40 ayat 15.
6. Asy Syifa (obat)
Allah telah mensifatkan bahwa AL Qur’an sebagai penyembuh atau obat, tentu ada kaitannya dengan penyakit. Dalam tafsir Ibnu Katsir dinyatakan bahwa Al Qur’an adalah penyembuh dari penyakit-penyakit dalam hati-hati manusia seperti syirik, sombong, congkak, ragu, dsb, dan ini sesuai dengan firmanNya dalam surat ke 10 ayat 7.
7. Al Haq (kebenaran)
Al Qur’an dinamakan dengan Al Haq karena dari awal hingga akhirnya kandungan Al Qur’an adalah kebenaran semua. Bukanlah kebenaran itu mengikuti ukuran dan nafsu manusia, karena pandangan dan nafsu manusia terlalu dangkal dan terbatas dalam menentukan keadilan dan kebenaran yang hakiki. Hal ini sesuai dengan Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 147.
8. Al Bayaan (penerangan)
Al Qur’an adalah kitab yang membawa keterangan dan penjelasan kepada manusia tentang apa yang baik dan yang buruk untuk mereka. Selain itu Al Qur’an juga menerangkan kisah-kisah terdahulu yang pernah mengingkari perintah Allah lalu ditimpakan dengan berbagai azab yang tidak terduga. Semua keterangan itu wajib ditadaburi oleh manusia untuk menyelamatkan tujuan hidup mereka sehingga mereka akan mati penuh kemuliaan. Hal tersebut seperti yang tercantum dalam surat Ali Imran ayat 138.
9. Al Mau’izah (pengajaran)
Al Qur’an diturunkan untuk kegunaan dan keperluan manusia, karena manusia senantiasa memerlukan peringatan dan pelajaran yang akan membawa mereka kembali kepada penciptaan yang sebenarnya. Tanpa bahan pengajaran manusia akan lalai dan terlena dari tugasnya karena mereka senantiasa diikuti oleh syaitan laknatullah yang akan menjauhkan mereka dari jalan Allah. Dalilnya terdapat dalam Al Qur’an surat 3 ayat 138 dan surat ke 54 ayat 17 dan 22.
10. Adz Dzikr (pemberi peringatan)
Al Qur’an disifatkan sebagai Adz Dzikr karena sebetulnya Al Qur’an itu senantiasa memberikan peringatan kepada manusia karena sifat lupa yang tidak luput dari manusia, hal ini sesuai dengan Al Qur’an surat ke 15 ayat 9.
11. Al Busyraa (berita gembira)
Al Qur’an sering menceritakan kabar gembira bagi mereka yang beriman kepada Allah dan menjalani hidup mereka menurut kehendak dan jalan yang telah diatur oleh Al Qur’an. Kabar ini menyampaikan akhir yang baik dan balasan yang menggembirakan bagi orang yang patuh pada jalan Al Qur’an. Begitu banyak janji-janji gembira yang pasti dari Allah untuk mereka yang beriman, dalilnya terdapat dalam Al Qur’an surat ke 16 ayat 89.


RASUL

Pengertian Rasul
Menurut bahasa, rasul berasal dari kata Al-Mursal yang dalam Bahasa Arab dipakai untuk muannats atau mudzakkar baik dalam bentuk mufrad (tunggal) maupun jama’ (plural). Dalam bentuk jamak disebut juga rusul atau arsul yang berarti “yang diutus”.
Sedangkan menurut istilah, pengertian rasul adalah lelaki pilihan yang diutus Allah dengan risalah Islam kepada manusia. Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an :
يايُهَاالرَسُوْل بلّغ إلَيْكَ ما أنزل من ربك ..
“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.”

Selain itu juga, Rasul juga berarti teladan dalam melaksanakan risalah, sebagaimana terdapat dalam ayat :
الذين يـبلغون رسالات ...
“(yaitu) orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah …”

Sejarah singkat tentang Rasul
Pada masa Adam a.s manusia itu hidup dalam satu tempat, oleh karena itu, maka ajaran yang coraknya satu itu telah mencukuinya. Hingga zaman Nabi Nuh a.s umat manusia itu hidup dalam tempat-tepmat yang terpencil. Setelah Nabi Nuh a.s inilah, maka umat manusia merata di pelbaga dunia ini. Tetapi pengaruh ajaran Nabi Nuh is. Ini mulai berkurang. Maka datanglah rasul-rasul yang lain, dan pengaruh mereka berangsur-angsur berkurang pula. Dan tiap-tiap rasul itu diutus untuk kaumnya masing-masing dan untuk masa tertentu. Risalah yang dibawa oleh Musa a.s, Isa a.s, dan Nabi-nabi yang lain ke pelbagai dunia ini, adalah seperti anak-anak sungai menuju ke satu aliran sungai besar dan menuju ke samudra raya itu. Memang semua risalah yang dibawa oleh Nabi-nabi itu baik, tetapi adalah suatu keharusan bahwa sungai-sungai itu harus mengalir ke satu tujuan adalah samudre raya. Dan membuktikan ke-Esa-an Tuhan dan mengajarkan satu tujuan yang agung, yang pengahabisa, yaitu agama Islam. Yang untuk tujuan itu manusia diciptakan. Apabila Al-Qur’an tidak membawa ajaran ini, maka ajaran Nabi manakah yang akan menerangkan? Sudah barang tentu bukanlah kitab injil, karena injil hanya membicarakan soal Tuhan anak-cucu Israel. Juga bukan ajaran Isa a.s, karena Isa a.s bukanlah seorang Nabi untuk seluruh umat manusia. Oleh karena itu, memang sebelum datangnya Nabi Muhammad saw tidak ada seorang Nabi pun yang diutus kepada seluruh umat manusia, dan seseblum Al-Qur’an, tidak ada sebuah kitab sucipun yang ditujukan kepada seluruh umat manusia.
“Katakanlah : Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan Langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan. Karena itu, berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat pentunjuk (Q.S Al-A’raf : 158)

Rasul dimata agama secara umum
Dalam ajaran agama Samawi, semuanya mengakui adanya rasul (pembawa risalah). Mereka adalah orang-orang yang sebelum menjadi Nabi, dihargai dan dinilai tinggi oleh masyarakatnya karena ketinggian budi pekertinya, sekalipun oleh orang-orang yang kemudian hari menjadi musuhnya. Didalam Al-Qur’an disebutkan :
“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri. Dia membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Ali Imran : 164)

Juga :
“Telah datang seorang Rasul dari bangsa kamu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,sangat menginginkan (keimanan dan kebahagiaanmu), amat belas kasihan lagi penyayangterhadap orang-orang mukmin.” (Q.S At-Taubah : 128)

Ini berarti bahwa Rasul yang diturunkan kepada mereka itu adalah salah seorang diantara mereka, yang mereka tahu benar tentang kemurnian moralnya dan kebaikan budi pekertinya.

Muhammad adalah Rasul penutup
Keluarga Nabi saw dikenal dengan sebutan keluarga Hasyimiah yang dinisbahkan kepada kakeknya Hasyim bin Abdul Manaf. Bapak Rasulullah saw adalah Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Sedangkan ibunya adalah Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Keduanya merupakan kabilah yang terhormat di Arab pada masa itu.
Rasulullah saw.dilahirkan ditengah keluarga bani Hasyim di Makkah pada Senin pagi, tanggal 12 Rabiul Awal permulaan tahun dari peristiwa gajah. Pada awal-awal masa remajanya, Rasulullah tidak mempunyai pekerjaan tetap. Beliau biasa menggembala kambing di kalangan bani sa’ad dan juga di Makkah dengan imbalan uang beberapa dinar. Pada usia 25 tahun beliau pergi berdagang ke Syam, menjalankan barang dagangan milik Khodijah binti Khuwailid. Beliau pergi bersama seorang pembantu yang bernama Maisaroh. Sekembalinya beliau menikah dengan Khodijah.
Pada masa tersebut, kehidupan Arab berada dalam kondisi jahiliyah yang terdapat banyak kerusakan dalam kehidupannya. Tetapi bahkan sebelum masa pengangkatannya, Rasulullah saw, telah dipercaya oleh masyarakat sehingga diberi julukan Al Amin atau yang terpercaya karena sifat-sifatnya yang mulia. Hal ini terbukti dalam peristiwa pengembalian hajar aswad setelah renovasi. Rasulullah saw berhasil memberikan solusi yang sama-sama disukai masing-masing kabilah yang memperebutkan kehormatan untuk mengembalikan hajar aswad ke tempatnya semula dan menghindarkan perpecahan karena hal ini
Selagi usia beliau belum genap 40 tahun, ketika beliau menyendiri di Gua Hira, malaikat Jibril turun dan menyampaikan wahyu pengangkatannya menjadi rasul yang terakhir. Sejak saat itu dimulailah masa berdakwah beliau yang penuh perjuangan. Beliau berdakwah kepada bangsa Arab di Makkah, dan kemudian hijrah ke Madinah ketika tekanan bagi umat muslim di Makkah sudah dirasa terlalu berat. Al Qur’an juga diturunkan kepada Rasulullah untuk menjadi pegangan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Seperti yang disebutkan dalam hadits beliau.
“Kutinggalkan padamu dua hal yang jika engkau berpegang teguh kepada keduanya maka akan selamat, yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. “
Pada masa kenabian beliau dan diteruskan pada masa khulafaur Rasyidin, Islam berhasil disebarkan hampir keseluruh dunia dan menguasai peradaban dunia selama beberapa abad. Orang-orang yang hidup berdekatan dengan Rasulullah pasti mencintainya kerena beliau memiliki akhla yang mulia. Beliau memiliki empat sifat yang wajib dimilki nabi dan rasul : Sidiq (benar), Amanah (terpercaya), Tabligh (menyampaikan) Fathonah (cerdas). Beliau tidak pernah menunjukkan sedikitpun keburukan akhlak sampai-sampai Allah swt berfirman kepada beliau dan memuji beliau : “ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Qs. Al Qolam :4.
Selain sifat-sifatnya yang mulia, Rasulullah juga memiliki penampilan fisik yang baik. Seperti digambarkan oleh Ali bin Abi Thalib ra. “ Aku tidak pernah melihat orang seperti beliau sebelum dan sesudahnya .

Keistimewaan Rasulullah saw
Nabi Muhammad mempunyai ciri-ciri yang khusus dan keistimewaan dibandingkan dengan para rasul lainnya. Diantara ciri dan keistimewaan tersebut adalah :
- Khatam Al Anbiyaa’ / Nabi penutup
 Allah telah menurunkan Nabi sebanyak 124.000 dan Rasul sebanyak 313 orang. Namun demikian dalam Al Qur’an yang disebutkan hanya 25 orang. Sedangkan penutup bagi semua Rasul dan Nabi itu adalah Nabi Muhammad SAW.
 Muhammad itu bukan bapak salah seorang diantara lelaki kamu tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup dari Rasul-rasul Allah.
 Dalilnya terdapat dalam Al Qur’an surat ke 33 ayat 40, surat ke 40 ayat 78, surat ke 4 ayat 163-164 dan surat ke 6 ayat 84-86.



- Naasikh Ar Risaalat / penghapus risalah
• Risalah terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja, sehingga hanya sesuai untuk kaum tersebut. Selain itu risalah terdahulu mengikuti keadaan dan situasi serta keperluan di masa itu sehingga hanya sesuai pada saat tersebut saja.
• Risalah Nabi Muhammad sebagai pelengkap dari risalah sebelumnya dan sekaligus memasukkan risalah sebelumnya. Risalah nabi dapat diamalkan hingga hari kiamat.
• Dalilnya terdapat dalam Al Qur’an surat ke 33:40, QS 61:8, QS 34:28 dan QS 21:107
- Mushaddiqa Al Anbiyaa / membenarkan para Nabi
• Banyak tantangan dan ujian yang mencoba menghapuskan agama Allah, namun demikian Allah senantiasa menjaga dan memeliharanya dari serangan kaum kafir. Nabi Muhammad sebagai nabi akhir melengkapi risalah sebelumnya dan dijadikan sebagai rujukan utama bagi umat Islam.
• Dalilnya terdapat dalam Al Qur’an surat 61 ayat 8 dan 9.
- Mukammil Ar Risaalat / penyempurna Risalah
• Selain membenarkan rasul dan nabi sebelumnya yang membawa risalah Islam, kehadiran Nabi Muhammad SAW juga diperuntukkan bagi suatu kaum tertentu saja dan bagi saat tertentu. Berbeda dengan Muhammad yang diutus untuk semua manusia dan berlaku hingga hari kiamat.
- Rahmatan lil ‘Alamin / Rahmat bagi alam semesta
• Kehadiran Nabi Muhammad di muka bumi adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam yang tidak hanya dirasakan manusia tetapi juga alam, hewan, tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian Islam dan Muhammad tidak hanya untuk umat Islam tetapi kebaikannya juga dirasakan oleh manusia lainnya. Islam adalah agama fitrah yang sesuai dengan penciptaan manusia, jadi apabila disampaikan maka akan dirasakan sesuai oleh manusia.
• Dalilnya terdapat dalam Qur’an surat 21:107.



Wazhifah Ar Rasul / Tugas-tugas kerasulan

• Allah SWT memerintahkan rasul untuk menyampaikan wahyu dan sebagai hasil dari penyebaran wahyu ini adalah terbentuknya diinullah. Oleh karena itu, tugas utama menyampaikan dakwah ini juga perlu diiringi dengan menegakkan diinullah. Kedua tugas ini saling berkaitan oleh karena itu perlu memahaminya secara mendalam agar dapat menjalankan dakwah dengan baik. Menyampaikan risalah adalah pekerjaan nabi yang paling utama dan kita pun harus mengikuti tugas ini sebagai kewajiban seorang muslim.
• Rasul diperintahkan untuk menyampaikan dakwah. Tidak ada satupun rasul yang tidak berdakwah karena semua rasul mendapatkan risalah dari Allah dan bertanggungjawab menyampaikannya kepada manusia. Kehadiran rasul dengan dakwahnya adalah membawa manusia di dunia untuk beriman dan beramal shaleh.
• Allah memberikan wasiat kepada para Rasul untuk menegakkan diin. Menegakkan diin Islam berarti menjadikan kedamaian di muka bumi. Tugas rasul adalah agar dunia ini damai dan dirahmati.

Disampaikan pada matakuliah Studi Islam STEI dan STAI Tiara Jakarta, dibawakan oleh H. Ali Akhmadi, M.A. pada Semester Ganjil 2006/2007

3 comments:

Anonymous said...

assalamu'alaikum wr. wb.
menarik sekali yang di bahas dalam artikel mbak, sekarang yang jadi permasalahan bagaimana caranya agar bangsa kita yang mayoritas umat muslim bisa mensyukuri kehadiran kitab al-qur'an yang menjadi dasar petunjuk bagi umat islam, sehingga bangsa indonesia bisa menjadi bangsa yang terhebat lewat petunjuk dari kitab-Nya, ironisnya mayoritas umat muslim indonesia tidak memahami kitabnya sendiri...bagaimana caranya supaya mereka memahami semua isi dari al-qur'an mbak? makasih

Farisah Amanda said...

Waalaikum salam wr wb
Menurut pendapat saya, ini merupakan tugas kita semua, saling berbagi ilmu dengan cara yang baik. Mengedepankan sisi keindahan akhlak Islam dulu tanpa membawa simbol-simbol, ketika masyarakat sdh bersimpati dengan keindahan Islam tentu akan berusaha mencari akarnya dengan sendirinya. Sekarang ini kan kebanyakan terbalik langkahnya yaitu memajukan simbol-simbol dahulu tapi tanpa diikuti dengan isi yang sesuai dengan simbol-simbol keislaman tersebut. Seorang dosen pernah berkata di kelas "lebih baik mengkonsumsi minyak samin bermerek minyak babi, daripada mengkonsumsi minyak babi bermerek minyak samin". Saya sendiri kurang paham minyak samin itu apa (hehe, mungkin bisa bantu jawab? ;-) ) tapi dapat saya mengerti bahwa minyak samin itu yg berisi banyak kebaikan dan halal.

Farisah Amanda said...

Wallahu a'lam bis shawab