Saturday, March 6, 2010

Ilmu dalam Al-Qur'an

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah penyusun makalah telah diberikan kesempatan untuk menyampaikan suatu kajian tafsir Al-Qur’an secara tematik (maudhu’i) dalam matakuliah Tafsir Maudhu’i di STAI Tiara ini. Walaupun dengan pengetahuan penyusun yang sangat terbatas dalam hal penafsiran Al-Qur’an sehingga kebanyakan isi makalah ini merupakan karya ilmuwan dan ulama lain yang lebih berkompeten yang kemudian dibuat kesimpulannya.
Sedangkan mengenai pemilihan tema, penyusun merasa tema ‘Ilmu’ dalam Al-Qur’an paling kontemporer dan belum terlalu banyak ulama yang telah melakukan pengkajian dalam hal ini. Tema tersebut juga relevan dengan usaha untuk mengislamisasikan ilmu pengetahuan sehingga dapat melahirkan generasi muslim yang tidak mendikotomikan ilmu dan mempunyai keseimbangan dalam kehidupannya. Juga sebagai bahan renungan bahwa ilmu pengetahuan itu sangat luas dan kesemuanya terangkum dalam mukjizat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui, sehingga mencegah kemungkinan kita merasa sombong dengan ilmu yang kita miliki dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pengetahuan Allah yang lebih banyak dari 7 kali air laut. Subhanallah…
Mengingat luasnya pembahasan mengenai ‘ilmu’ dalam Al-Qur’an, penyusun hanya akan memberikan satu contoh sub topik untuk sebagian disiplin ilmu yang sudah pernah ditafsirkan oleh ulama. Dan penyusun harapkan dapat menjadi pemicu bagi dilanjutkannya pembahasan tersebut oleh para ulama dan ilmuwan yang lebih berkompeten di bidangnya masing-masing.
Penyusun harapkan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat baik kepada penyusun sendiri, rekan-rekan mahasiswa/i STAI Tiara, dosen mata kuliah Tafsir Maudhu’i, dan siapapun yang membacanya. Insya Allah…

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Maret 2009
Farisah Amanda

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Ilmu dalam Al-Qur’an
A. Pendahuluan
B. Kata-kata ‘Ilmu’ dan ‘Berilmu’ dalam Al-Qur’an
C. Klasifikasi Ayat-ayat Mengenai ‘Ilmu’ dalam Al-Qur’an
D. Asbabun Nuzul Sebagian Ayat-ayat Mengenai ‘Ilmu’ dalam Al-Qur’an
E. Penafsiran Makna ‘Ilmu’ dalam Sebagian Ayat-ayat Mengenai ‘Ilmu’ dalam Al-Qur’an
F. Fungsi dan Metode Penafsiran Ayat-ayat Ilmu Pengatahuan
G. Ayat-ayat Mengenai Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an dan Penafsirannya
H Kesimpulan
Daftar Pustaka

ILMU DALAM AL-QUR’AN

A. PENDAHULUAN

Islam secara hakikat tidak mengenal adanya pemisahan ilmu duniawi dengan ilmu ukhrawi akan tetapi kesemuanya merupakan cara untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT. Sedangkan pengkategorian ilmu menjadi ilmu duniawi dan ilmu ukhrawi diperlukan untuk kepentingan pengkajian.
Sedangkan yang dimaksud dengan ‘ilmu pengetahuan’ (al-‘ilmi) yang akan dibahas pada makalah ini adalah ilmu duniawi baik yang berupa ilmu pengetahuan alam (sains) maupun ilmu pengetahuan sosial. Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu sebagai teori ilmiah, dan ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu sebagai tata nilai, sifat, ciri, atau karakter.
Penafsiran Al-Qur’an mengenai ilmu pengetahuan merupakan penafsiran yang sesuai dengan perkembangan zaman dan sekaligus membuktikan kemukjizatan Al-Qur’an yang berlaku sepanjang zaman. Penafsiran dengan tema ini juga sejalan dengan usaha Islamisasi pengetahuan yang insya Allah dapat menciptakan generasi Muslim yang mencintai agamanya dan juga dapat berkarya secara maksimal dalam kehidupan dunia sebagai bekal kehidupan akhirat melalui berbagai macam disiplin ilmu.

B. KATA-KATA ‘ILMU’ DAN ‘BERILMU’ DALAM AL-QUR’AN

Kata-kata ‘ilmu’ disebutkan sebanyak 36 kali dalam Al-Qur’an dan kata-kata ‘berilmu’ disebutkan sebanyak 3 kali dalam Al Qur’an yaitu dalam QS :

2:145 Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang dzalim.

2:247 Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.

2:255 Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

3:61 Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.

4:166 (Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al Qur'an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula). Cukuplah Allah yang mengakuinya.

6:100 Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.

11:14 Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): "Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?"

12:22 Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

13:43 Berkatalah orang-orang kafir: "Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab".

16:27 Kemudian Allah menghinakan mereka di hari kiamat, dan berfirman: "Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang karena membelanya) kamu selalu memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang-orang mukmin)?" Berkatalah orang-orang yang telah diberi ilmu: "Sesungguhnya kehinaan dan adzab hari ini ditimpakan atas orang-orang yang kafir".

18:65 Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

18:66 Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

19:43 Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

20:110 Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.

20:114 Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."

21:74 dan kepada Lut, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (adzab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik,

21:79 maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kami lah yang melakukannya.

22:3 Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat,

22:8 Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,

22:54 dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.

27:15 Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman".

27:40 Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

27:84 Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman: "Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau apakah yang telah kamu kerjakan?"

28:78 Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.

28:80 Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar".

29:49 Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dzalim.

30:29 Tetapi orang-orang yang dzalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.

30:56 Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini (nya).

31:20 Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.

34:6 Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

40:7 (Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,

45:23 Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

47:16 Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.

58:11 Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

65:12 Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

67:26 Katakanlah: "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".

3:18 Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

21:7 Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

29:43 Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.

C. KLASIFIKASI AYAT-AYAT MENGENAI ‘ILMU’ DALAM AL-QUR’AN

• Kedudukan ilmu
• Keutamaan ilmu: 2:247, 2:269, 3:7, 4:162, 12:68, 17:107, 22:54, 27:15, 27:40, 27:52, 28:14, 28:80, 29:41, 29:43, 29:49, 29:64, 30:56, 34:6, 39:9, 55:4, 58:11, 96:4
• Kedudukan orang alim: 2:247, 3:18, 4:83, 5:63, 6:105, 7:164, 17:107, 21:7, 22:54, 27:40, 27:52, 28:14, 28:80, 29:41, 29:43, 29:49, 29:64, 35:28, 39:9, 58:11
• Menuntut ilmu dan mengamalkannya: 2:151, 3:137, 5:63, 7:175, 7:176, 9:122, 17:12, 18:66, 20:114, 62:5
• Kebodohan dan akibat orang bodoh: 6:119, 6:144
• Majlis ilmu atau tempat pendidikan
• Duduk dalam majlis ilmu: 58:11
• Memutus pembicaraan guru: 18:70, 18:75, 18:78
• Menyampaikan ilmu
• Yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir: 9:122, 46:29, 46:30, 46:31
• Hukum menuntut ilmu fardhu kifayah: 9:122
• Menyembunyikan ilmu: 2:144, 2:146, 2:159, 2:174, 3:70, 3:71, 3:75, 3:187, 4:37, 4:46, 4:51, 5:13, 5:15, 5:44, 5:63, 5:67, 6:114, 7:162, 7:169
• Etika ilmu
• Etika orang alim
o Memperhatikan kondisi pendengar: 18:67, 18:68, 18:73, 18:82, 87:9
o Kelapangan dada orang alim: 7:199, 18:72, 18:73, 18:75, 18:78
o Semua ilmu kembali kepada Allah: 2:32, 3:5, 3:7, 3:66, 4:25, 4:45, 7:62, 7:187, 10:40, 12:76, 12:77, 12:96, 16:70, 16:91, 16:101, 16:125, 17:54, 17:55, 17:60, 17:84, 17:85, 21:80
o Pengamalan orang yang berilmu: 2:44, 3:188, 7:159, 7:181, 41:33, 61:2, 61:3, 62:5
o Kewajiban orang alim: 7:159, 7:164, 7:181
• Etika seorang murid
o Menghormati guru: 18:70, 18:73, 18:75, 18:76, 18:78
o Memperhatikan keterangan orang alim: 18:70, 18:72, 18:73, 18:75, 18:76, 18:78, 20:114
o Sabar dalam mendapatkan ilmu: 18:69
• Etika dalam majlis ilmu
o Meluaskan ruang belajar: 58:11
o Etika berbisik-bisik: 58:8, 58:12, 58:13
o Menegur guru bila terbukti salah: 18:71, 18:74, 18:77
o Mengajar dengan cara bertanya: 2:215, 6:46, 6:47, 6:63, 6:81, 7:97, 7:98, 7:99, 7:100, 18:103, 23:84, 23:86, 23:88, 23:112, 26:72, 26:73, 26:221, 27:60, 27:61, 27:62, 27:63, 27:64, 61:2, 61:10, 83:8, 83:19

D. ASBABUN NUZUL SEBAGIAN AYAT-AYAT MENGENAI ‘ILMU’ DALAM AL-QUR’AN

1. QS An Nisa (4) : 166
Pada suatu waktu serombongan orang-orang Yahudi datang menghadap Rasulullah SAW dan beliau bersabda kepada mereka : “Demi Allah, sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah.” Mereka menjawab “Kami sama sekali tidak menemukan suatu keterangan tentang kenabianmu.” Sehubungan dengan itu Allah SWT menurunkan ayat ini yang dengan tegas memberikan keterangan bahwa Allah dan para Malaikat cukup sebagai saksi diutusnya Rasulullah Muhammad, sekalipun orang-orang Yahudi tidak mempercayainya. (HR Ibnu Ishak dari Ibnu Abbas)

2. QS Al-An’am (6) : 100
Ayat ini diturunkan bersamaan dengan ayat 101-103 dengan asbabun nuzul sebagai berikut : Pada waktu itu orang-orang musyrik menjadikan jin sebagai sekutu bagi Allah SWT. Kalau ditanyakan pada mereka “Bagaimana kamu beribadah kepada jin padahal kamu menyembah berhala?” Jawab mereka “Kami bukan menyembah berhala tetapi dengan menghadap kepada berhala berarti taat perintah jin.” Sementara orang-orang Nasrani menyekutukan Allah dengan beranggapan bahwa Isa al-Masih bin Maryam adalah anak Allah. Sedangkan orang-orang Yahudi beranggapan bahwa para malaikat adalah anak perempuan Allah. Sehubungan dengan adanya anggapan-anggapan seperti itu maka Allah menurunkan ayat 100-103 sebagai sanggahan terhadap mereka. Allah adalah Zat Yang Maha Esa dan yang terhindar dari segala sekutu. Allah yang menciptakan langit dan bumi seisinya, termasuk didalamnya jin yang mereka anggap sebagai Tuhan. Hanya Allah sajalah yang benar-benar berhak untuk disembah, tidak yang lain. (HR Ibnu Jarir dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas).

3. QS Thaha (20) : 114
Apabila Jibril datang menurunkan wahyu, Rasulullah SAW bersusah payah berusaha menghafalnya. Bahkan beliau sering menyusahkan dirinya manakala Jibril telah kembali sementara wahyu yang diturunkan belum dihafalnya. Rasulullah SAW sangat takut sekali. Sehubungan dengan itu, maka Allah SWT menurunkan ayat ini sebagai teguran agar beliau tidak terburu-buru menghafalnya sebelum wahyu selesai diturunkan. (HR Ibnu Abi HAtim dari Suddi).

4. QS Al-Hajj (22) : 3
Ayat ini diturunkan bersamaan dengan ayat ke4 dengan asbabun nuzul sebagai berikut : Nadhar bin Harits beranggapan bahwa Allah SWT tidak berkuasa menghidupkan mayat-mayat yang telah menjadi tulang belulang. Sehubungan dengan itu, maka Allah SWT menurunkan dua ayat tersebut sebagai ketegasan atas keingkaran orang kafir terhadap ayat-ayat Akkah SWT. Mereka senantiasa loyal kepada setan. (HR Ibnu Abi Hatim dari Abi Malik).

5. QS Al-Jatsiyah ( 45) : 23
Orang-orang Quraisy mempunyai kebiasaan menyembah batu untuk beberapa waktu lamanya. Apabila mereka mendapat sesembahan yang lebih bagus, maka ditinggalkanlah sesembahan yang lama, dan menyembah kepada sesembahan yang baru. Sehubungan dengan itu Allah SWT menurunkan ayat 23 yang melukiskan keadaan orang-orang Quraisy yang selalu memperturutkan kehendak nafsu dalam beribadah. (HR Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir dari Sa’id bin Jubair).

6. QS Muhammad (47) : 16
Di dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum mukminin dan kaum munafiqin berkumpul mengelilingi Rasulullah SAW. Adapun kaum mukminin mendengar dan memperhatikan ucapan Rasulullah sedang kaum munafiqin hanya mendengar tapi tidak memperhatikan. Ketike mereka keluar, bertanyalah kaum munafiqin “Apakah yang dikatakan tadi?” Ayat ini turun berkenaan dengan kejadian itu yang melukiskan perbedaan antara kaum mukminin dengan kaum munafiqin (HR Ibnu Mundzir dari Ibnu Juraij)

7. QS Al Mujadilah (58) ; 11
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa apabila ada orang yang baru datang ke majelis Rasulullah, para sahabat tidak mau memberikan tempat duduk di sisi Rasulullah, maka turunlah ayat 11 ini sebagai perintah untuk memberikan tempat kepada orang yang baru datang (HR Ibnu Jarir dari Qatadah)
Dalam riwayat yang lain dikemukakan bahwa ayat 11 ini turun pada hari Jumat, disaat pahlawan-pahlawan Badar datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga mereka terpaksa berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu (pahlawan Badar) disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya. Ayat 11 ini turun sebagai perintah kepada kaum mukminin untuk menaati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama mukminin. (HR Ibnu Abi Hatim dari Muqatil)

E. PENAFSIRAN MAKNA ‘ILMU’ DALAM SEBAGIAN AYAT-AYAT MENGENAI ‘ILMU’ DALAM AL-QUR’AN

1. QS An Nisa (4) : 166
Dalam kata-kata Dia menurunkannya dengan IlmuNya menegaskan bahwa apa yang diturunkan pada Nabi SAW benar-benar dari Allah SWT. Dengan demikian jelas bahwa yang diturunkan itu diturunkan oleh Allah dan dengan restuNya, bahkan berdasarkan pengetahuanNya yang amat sempurna, sehingga pastilah berita yang dikandungnya hak dan benar, susunan redaksinya indah dan teliti, dan pasti juga tuntunan-tuntunannya sesuai dengan kemaslahatan manusia, kapan dan dimanapun.
Dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kata-kata ilmu disini merujuk kepada Ilmu Allah yang Amat Sempurna mengenai segala sesuatu dari hal-hal yang sudah diketahui manusia maupun hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal manusia. Dan sebagian dari IlmuNya itu diturunkan kepada manusia melalui Rasul SAW yang tercantum dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an itu merupakan sebagian dari Ilmu Allah yang Allah mengizinkan manusia untuk mengetahuinya.

2. QS Al-An’am (6) : 100
Yang dimaksud dengan ilmu dalam ayat ini adalah pengetahuan mengenai Allah, tuhan semesta alam. Bahwa orang-orang yang menjadikan jin sebagai sekutu Allah ataupun mengatakan Allah mempunyai anak adalah karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan yang benar mengenai apa dan siapa Allah itu sebenarnya. Dan orang-orang itu juga dikatakan sebagai pembohong disebabkan mereka mengatakan sesuatu hal yang tidak mereka ketahui akan tetapi mereka anggap benar.

3. QS Thaha (20) : 114
Dalam ayat ini dapat dipahami bahwa sebelum malaikat selesai membacakannya pada Rasul SAW maka ia jangan mendahului Jibril sebelum Jibril selesai membacanya, juga untuk mengukuhkan hafalan. Juga sebagai larangan untuk menjelaskan makna Al-Quran sebelum jelas bagi Rasul sendiri. Hal ini menjadi peringatan bagi seluruh umat manusia agar dalam menafsirkan Al-Quran tidak boleh sembarangan dan harus berhati-hati.
Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan ilmu disini adalah pengetahuan mengenai Al-Quran itu sendiri beserta maknanya.

4. QS Al-Hajj (22) : 3
Yang dimaksud dengan ilmu dalam ayat ini adalah pengetahuan mengenai sifat-sifat Allah Yang Maha Esa. Juga disebutkan bahwa manusia yang durhaka walaupun telah diberi penjelasan dan peringatan akan tetapi mata hatinya buta sehingga ilmu tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan mereka tetap memperdebatkan tentang sifat-sifat Allah. Padahal jika mereka mau menerima, Allah telah menjelaskannya. Sebagai buktinya, ada orang-orang yang percaya dan bertakwa dan mereka itulah yang mendapat keselamatan disebabkan mereka mengetahui ilmu tentang Allah dan mau menerima.

5. QS Al-Jatsiyah ( 45) : 23
Yang dimaksud dengan ilmu dalam ayat ini adalah pengetahuan mengenai jalan yang haq dan benar. Yaitu menceritakan tentang orang-orang yang sesat karena dua hal : sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang mana yang benar dan mempunyai pengetahuan tentang itu akan tetapi memilih untuk mengikuti hawa nafsu sehingga Allahpun akhirnya membiarkan mereka dalam kesesatan mereka.

6. QS Muhammad (47) : 16
Dalam ayat ini yang dimaksud dengan orang-orang yang diberi ilmu adalah sahabat-sahabat nabi yaitu yang benar-benar mendengarkan dan memperhatikan dalam majelis ta’lim Rasulullah SAW, mereka yang dimaksud dengan orang mukmin. Karena mereka mendengarkan dan memperhatikan itulah maka mereka mendapatkan ilmu. Dan akhirnya dengan adanya ilmu itu, Allah memberikan kepada mereka tambahan petunjuk menuju jalan yang benar dan melapangkan hati mereka yang menghasilkan ketakwaan.

7. QS Al Mujadilah (58) ; 11
Ayat tersebut tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat yakni yang lebih tingi dari yang sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu itu.
Tentu saja yang dimaksud dengan orang-orang yang diberi ilmu adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat tersebut membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan maupun tulisan atau dengan keteladanan.
Ilmu yang dimaksud oleh ayat ini bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam QS Fathir (35) ; 27-28 Allah menguraikan sekian banyak makhluk Ilahi, dan fenomena alam, lalu ayat tersebut ditutup dengan menyatakan bahwa : Yang takut dan kagum kepada Allah dari hamba-hambaNya hanyalah ulama. Ini menunjukkan bahwa ilmu haruslah bahwa ilmu haruslah menghasilkan rasa takut dan kagum kepada Allah, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk. Rasul SAW sering berdoa “Aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat”.

8. QS Al-Baqarah (2) : 247
Ayat ini menceritakan tentang pemilihan kepemimpinan bukan didasarkan kepada keturunan akan tetapi didasarkan atas keluasan ilmu dan keperkasaan jasmani. Hal ini tercermin dalam kisah Bani Israil dengan pemilihan Thalut sebagai raja yang tidak disetujui oleh kalangan bangsawan karena mereka pikir mereka yang lebih pantas memimpin dibanding Thalut yang tidak berasal dari kalangan bangsawan. Hal ini tidak dibenarkan oleh Nabinya Allah pada masa itu dan mengatakan bahwa Allahlah yang mengetahui bahwa ia (Thalut) dijadikan raja karena ia telah dilebihkan dengan keluasan ilmu dan keperkasaan jasmani.


9. QS An-Naml (27) : 15
Ayat ini menceritakan tentang ilmu yang dimiliki oleh Nabi Daud as dan putranya Nabi Sulaiman as. Yaitu ilmu keduanya adalah ilmu yang telah dianugrahkan oleh Allah berupa ilmu yang sangat dalam dan berharga yang tidak dianugrahkan kepada sembarang orang. Keduanya menerapkan ilmu itu untuk kebaikan makhluk dan mensyukurinya. Ilmu yang dianugrahkan Allah kepada keduanya sangat banyak dan unik. Nabi Daud misalnya dianugrahi kemampuan membuat perisai (QS Al-Anbiya (21): 80) dan diajari hikmah dan kemampuan menyelesaikan perselisihan (QS Shad (38): 20), sedang Nabi Sulaiman as disamping diberi hikmah dan kemampuan memahami kasus-kasus perselisihan, juga antara lain kemampuan memahami bahasa burung yang disebutkan pada ayat 16 surat ini.
Ayat di atas menuntut setiap ilmuwan untuk mengakui terlebih dahulu anugrah Allah atas ilmu yang dimilikinya, kemudian mensyukurinya, bukan saja dengan pengakuan lisan, tetapi juga dengan mengamalkan dan menyesuaikan diri dengan ilmu yang dimilikinya.

F. FUNGSI DAN METODE PENAFSIRAN AYAT-AYAT ILMU PENGETAHUAN

Fungsi metode tafsir ayat-ayat ilmu pengetahuan sains dan sosial pada teks Al-Qur’an (al-manhaj fi at-tafsir al-‘ilmi) ada tiga yaitu :
1. Al-tabyin : menjelaskan ilmu pengetahuan yaitu menjelaskan teks Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki sang mufassir.
2. I’jaz : mengungkap kemukjizatan Al-Qur’an di bidang ilmu pengetahuan yaitu pembuktian atas kebenaran teks Al-Qur’an menurut ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang selanjutnya dapat memberikan stimulan atau dapat ditindaklanjuti oleh para ilmuwan dalam meneliti dan observasi ilmu pengetahuan lewat penafsiran teks-teks Al-Qur’an.
3. Istikhraj al-‘ilm : teks atau ayat-ayat Al-Qur’an mampu melahirkan teori-teori iptek yaitu adanya isyarat penemuan teori ilmu pengetahuan baru, jika didapatkan, maka ditawarkan kepada publik atau kepada para pakar ilmu pengetahuan (saintis atau sosiolog) untuk ditindaklanjuti sehingga menjadi tugas peneliti selanjutnya.
Metode yang digunakan dalam penafsiran ayat-ayat ilmu pengetahuan pada teks Al-Qur’an adalah :
1. Metode sintaksis : dalam menafsirkan ayat-ayat yang terkait dengan alam semesta (kauniyah) harus sesuai dengan makna susunan Al-Qur’an.
2. Metode semiologi : seorang mufassir hendaknya menetapkan teori ilmiah yang berasal dari isyarat-isyarat Al-Qur’an yang terkait dengan ayat-ayat tentang alam semesta.
3. Metode semantik : hendaklah selalu berpegang kepada makna kebahasaan dalam semantik Arab terhadap ayat-ayat yang ingin ia jelaskan isyarat-isyarat ilmiahnya, karena Al-Qur’an adalah bahasa Arab.
4. Metode hermeneutik : penafsirannya sesuai menurut mufassir itu sendiri, tanpa ada pengurangan yang diperlukannya dalam menjelaskan makna isyarat ayat, juga tidak menambah penjelasan yang tidak layak dengan tujuan dan tidak sesuai dengan kondisi ayat.
5. Metode tematik : hendaklah memelihara susunan antar ayat, juga memelihara kesesuaian dan kedekatannya sehingga terjalin ikatan antar ayat agar memiliki satu tema terpadu.

G. AYAT-AYAT MENGENAI ILMU PENGETAHUAN DALAM AL-QUR’AN DAN PENAFSIRANNYA

Jumlah ayat-ayat ilmiah dalam Al-Qur’an mencapai sekitar 750 ayat yang di dalamnya telah mencakup berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sebagian diantaranya akan dibahas dan dijelaskan lebih lanjut.

G.1. Perintah untuk Mempelajari Ilmu

QS. Al-‘Alaq (96) : 1-5
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Perintah untuk membaca yang menjadi ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT menunjukkan betapa pentingnya posisi ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, karena dengan membaca manusia bisa mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sedangkan ayat kelima menerangkan bahwa ilmu pengetahuan yang ada di dunia kesemuanya berasal dari Allah SWT dan manusia mendapatkannya dengan izin Allah SWT baik yang diwahyukan langsung kepada manusia melalui Rasulullah SAW maupun pengetahuan yang didapatkan secara empirik oleh penelitian manusia.

QS. Al-Baqarah (2) : 164
164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Pada ayat ini Allah SWT menyuruh manusia untuk memperhatikan fenomena-fenomena alam yang terjadi dan memikirkannya dengan tujuan akhir untuk menemukan tanda kebesaran Allah SWT di dunia yang dijelaskan pada teks sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Diantara disiplin ilmu yang disebutkan dalam ayat ini adalah mengenai ilmu kosmologi dalam teks penciptaan langit dan bumi, ilmu fisika dalam teks silih bergantinya malam dan siang, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air (terjadinya awan dan turunnya hujan), ilmu navigasi dalam teks bahtera yang berlayar di laut, ilmu botani dan agrikultur mengenai tumbuhnya pepohonan dalam teks dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya, ilmu zoologi dan biologi mengenai perkembangbiakan hewan dalam teks Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan ilmu geologi, geofisika, dan klimatologi mengenai pertukaran arah mata angin dalam teks pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.

G.2. Ilmu Ekonomi : Riba
1. Tahap Pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba pada zahirnya menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT.

QS. Ar-Rum (30) : 19
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia. Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)”.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan ayat ini, barangsiapa yang memberikan sesuatu guna mengharapkan balasan manusia yang lebih banyak kepadanya dari apa yang diberikan, maka perilaku ini tidak akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Demikian yang ditafsirkan oleh Ibnu ‘Abbas, Mujahid, adh-Dhahhak, Qatadah, ‘Ikrimah, Muhammad bin Ka’ab dan asy-Sya’bi. Sikap seperti ini dibolehkan, sekalipun tidak memiliki pahala.
Akan tetapi, Rasulullah Saw. Melarangnya secara khusus. Itulah yang dikatakan adh-Dhahhak dan dia berdalil dengan firman Allah Swt. : “Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.” Yaitu, janganlah engkau memberikan sesuatu karena menghendaki sesuatu yang lebih besar dari pemberianmu itu. Dan Ibnu Abbas berkata: “Riba itu ada dua, yakni riba yang tidak sah yaitu riba buyu’/jual-beli dan riba yang tidak mengapa, yaitu hadiah yang diberikan seseorang karena berharap kelebihannya dan pelipatannya."
2. Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.

QS. An-Nisa (4) : 161
dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya Allah telah melarang riba kepada mereka, akan tetapi mereka justru memakan, mengambil dan menghiasinya dengan berbagai pikatan dan berbagai bentuk syubhat, serta memakan harta orang lain secara bathil.
3. Tahap ketiga, riba itu diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda.

QS. Ali-Imran (3) : 130
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan”
Melalui firman-Nya diatas, Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman melakukan riba dan memakannya dengan berlipat ganda. Sebagaimana pada masa jahiliyah dulu mereka mengatakan: “Jika hutang sudah jatuh tempo, maka ada dua kemungkinan; dibayar atau dibungakan. Jika dibayar, maka selesai sudah urusan. Dan jika tidak dibayar, maka ditetapkan tambahan untuk jangka waktu tertentu dan kemudian ditambahkan pada pinjaman pokok.” Demikian seterusnya pada setiap tahunnya. Mungkin jumlah sedikit bisa berlipat ganda menjadi banyak.
4. Tahap akhir, ayat riba diturunkan oleh Allah SWT. Yang dengan jelas sekali mengharamkan sebarang jenis tambahan yang diambil daripada jaminan.

QS. Al-Baqarah (2) : 278-279
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut, jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.
Zaid bin Aslam, Ibnu Juraij, Muqatil bin hayan dan as-Suddi menyebutkan bahwa redaksi ayat ini diturunkan berkenaan dengan Bani ‘Amr bin Umair dari suku Tsaqif dan Bani Mughirah dari Bani Makhzum. Di antara mereka telah terjadi praktek riba pada masa jahiliyah. Setelah Islam datang dan mereka memeluknya, suku tsaqif meminta untuk mengmabil harta Riba itu dari mereka. Kemudian mereka bermusyawarah, dan Bani Mughirah pun berkata: “Kami tidak akan melakukan riba dalam Islam dan menggantikannya dengan usaha yang disyariatkan. Kemudian ‘Utab bin Usaid, pemimpin Makkah, menulis surat membahas mengenai hal itu dan mengirimkannya kepada Rasulullah. Maka turunlah ayat tsb. Lalu Rasulullah membalas surat Utab dengan surat yang berisi ayat tersebut.
Ayat ini merupakan peringatan keras dan ancaman yang sangat tegas bagi orang yang masih tetap mempraktekkan riba setelah adanya peringatan tersebut.
Ibnu Juraij menceritakan Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwasannya ayat ini maksudnya ialah, yakinilah bahwa Allah dan Rasul akan memerangi kalian.
Sedangkan menurut ‘Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu ‘Abbas mengenai firman Allah tentang riba, makasudnya, barangsiapa yang masih tetap melakukan praktek riba dan tidak melepaskan diri darinya, maka wajib atas Imam kaum Muslimin untuk memintanya bertaubat, jika ia mau melepaskan diri darinya, maka keselamatan baginya, dan jika menolak, maka ia harus dipenggal lehernya.
Ibnu Mardawaih meriwayatkan, Imam asy-Syafi’i memberitahu kami, dari Sulaiman bin ‘Amr, dari ayahnya, ia menceritakan, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Ketahuliah, sesungguhnya setiap riba dari riba Jahiliyah itu sudah dihapuskan. Maka bagi kalian pokok harta (modal) kalian, kalian menganiaya dan tidak pula dianiaya.”

G.3. Ilmu Kejiwaan (Psikologi) : Obat untuk Mengatasi Rasa Gelisah

QS Ar-Ra’d (13) : 28
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa obat untuk penyakit gelisah hanya dengan cara mengingat Allah SWT. Hal ini sejalan dengan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh para dokter dan peneliti yang telah sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada obat bagi penyakit gelisah selain iman kepada Allah yang Maha Kuasa. Secara umum teori ini diakui oleh tokoh-tokoh psikologi modern seperti Dr. Karl Young, William James dari Universitas Harvard, Dale Carnegie, dll. Akan tetapi dalam ayat-ayat Al-Qur’an ada keimanan yang lebih kuat dan keimanan absolut kepada Allah SWT adalah suatu keimanan yang paripurna dan mantap sehingga mampu menjaga seseorang dari kegelisahan dan obat bagi penyakit kejiwaan lainnya.

G.4. Ilmu Kejiwaan Masyarakat (Sosiologi) : Manfaat Sedekah dan Zakat

QS. Al-Baqarah (2) : 280
280. dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

QS. Al-Baqarah (2) : 271
271. jika kamu Menampakkan sedekah(mu)[172], Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya[173] dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka Menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[172] Menampakkan sedekah dengan tujuan supaya dicontoh orang lain.
[173] Menyembunyikan sedekah itu lebih baik dari menampakkannya, karena Menampakkan itu dapat menimbulkan riya pada diri si pemberi dan dapat pula menyakitkan hati orang yang diberi.
Ayat-ayat ini ketika menyatakan bahwa sedekah merupakan suatu kebaikan, maka saat itu ia menunjuk individu dan masyarakat. Seorang pakar kejiwaan mengatakan bahwa bila seseorang ingin terbebas dari kesenangan hidup, maka ia harus mengeluarkan modal dalam rangka menarik keuntungan (manfaat) untuk orang lain. Karena, kesenangan seseorang itu sangat bergantung pada kesenangan orang lain. Begitu pula kesenangan orang lain juga sangat bergantung pada kesenangannya.
Keutamaan zakat dan sedekah meliputi seluruh dampak yang disebabkannya, dan akan kembali dalam bentuk manfaat yaitu kebaikan yang ditunjuk dalam ayat tadi kepada orang yang telah melaksanakannya. Hal ini seperti apa yang telah ditetapkan para pakar sosiologi modern dalam berbagai kajian mereka tentang kejiwaan masyarakat.

G.5. Ilmu Falak (Astronomi)

QS Yaasiin (36) : 38-40
38. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
39. dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua.
40. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
Firman Allah ini menjelaskan bahwa matahari bergerak ke arah yang telah ditentukan dalam teks dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Pengetahuan ini baru terungkap 1200 tahun sejak Al-Qur’an diturunkan, yaitu bahwa matahari memiliki gerakan hakiki di ruang angkasa dengan ukuran dan arah tertentu. Para ahli perbintangan telah menjelaskan bahwa matahari dikelilingi oleh planet, bulan, dan komet yang selalu mengikuti matahari dan tunduk terhadap kekuatan gravitasi matahari. Sehingga kumpulan ini ikut bergerak bersama matahari menurut gerakan fisik matahari yang didapatkan dalam teks masing-masing beredar pada garis edarnya.

G.6. Ilmu Kosmologi : Teori Big Bang

QS. Al-Anbiyaa (21) : 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Saat ayat tersebut diturunkan pada masa Rasulullah SAW, kaum musyrikin menjadikan hal ini sebagai olok-olokan karena menurut mereka tidak mungkin langit dan bumi itu menyatu. Tetapi dengan ilmu pengetahuan modern, akhir-akhir ini telah ditemukan suatu teori yang menyatakan awal mula bumi yang disebut dengan teori big bang.
Big Bang (Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar.
Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong. Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin.
Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapa milyar tahun lagi.
Orang sering kali salah mengartikan Big Bang sebagai suatu ledakan yang menghamburkan materi ke ruang hampa. Padahal Big bukanlah suatu ledakan, bukan penghamburan materi ke ruang kosong, melainkan suatu proses pengembangan alam semesta itu sendiri. Big Bang adalah proses pengembangan ruang-waktu.

G.7. Ilmu Arkeologi : Batu Endapan dan Batu Lapis

QS. Ar-Ra’d (13) : 17
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.
Bila Anda perhatikan kata “raabi’an” di dalam ayat di atas, Anda akan menemukan ayat ini menegaskan bahwa terdapat tumpukan buih dan susunannya yang bertingkat-tingkat di ujung alirannya ketika bertemu dengan banjir yang membawanya. Sedangkan, ujung perjalanan buih itu adakalanya muara sungai atau tepian di sepanjang perjalanannya di mana arus banjir menjadi lemah karena membawa sesuatu yang ada di dalamnya.
Hal ini sesuai dengan hukum kecepatan air. Yakni, kecepatan air tergantung pada derajat kemiringan atau penurunan wadah tempat mengalirnya. Setiap kali kecepatan air bertambah, maka bertambah pula kekuatan air itu untuk menghanyutkans sesuatu. Setiap kali kecepatannya berkurang, maka bertambah pula jumlah materi yang terkubur dan tidak terhanyutkan oleh air tersebut.
Oleh karena itu, ketika air sungai bertemu di muara dengan air laut, maka semua materi yang dibawa oleh air akan terbenam. Dengan berlalunya masa selama ribuan tahun, materi yang terbenam itu menumpuk menjadi berlapis-lapis. Sehingga, akhirnya muncul sebuah delta sungai yang tepinya memanjang sampai ke laut.
Untuk menguatkan hal itu kita ingat bahwa kata “raabi’an”. Di dalam bahasa Arab secara etimologi artinya bertambah. Umpamanya Anda mengatakan apabila sesuatu itu bertambah jumlahnya, maka pengertian “raabi’an”. Adalah bagian permukaan bumi yang bertambah tinggi.

G.8. Ilmu Geografi : Peletakan Bayangan

QS. Al Furqaan (25) : 45-46
45. Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,
46. kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.
Dalam ayat ini terdapat bukti kuat yang menunjukkan adanya rotasi bumi yang penting bagi makhluk hidup di muka bumi karena apabila bumi tidak berotasi maka bayangan akan menetap dan panjang pendeknya tidak akan berubah. Sinar matahari akan menyinari separuh bumi secara terus-menerus. Sedangkan, bagian lainnya dari bumi akan diselimuti kegelapan malam yang panjang. Ini akan menyebabkan perbedaan besar dalam tinggi temperatur. Akibatnya, semua manusia akan mati kepanasan atau kedinginan. Karena itulah, Allah menciptakan matahari untuk menghapus bayangan secara perlahan-lahan dan bukan sekaligus. Dalam hal tersebut terdapat faedah bagi manusia.

G.9. Ilmu Pertanian (Agronomi) dan Tumbuhan (Botani)


QS. Al-Baqarah (2) : 265
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Yang dimaksud dengan kebun dalam ayat adalah kebun buah-buahan. Karena, dalam masalah ini, harus kita bedakan antara kebun buah-buahan dan kebun musiman seperti biji-bijian dan yang serupa dengannya. Sebab, pohon buah-buahan memiliki umur yang panjang dibandingkan dengan yang lainnya.
Kata “dataran tinggi” dalam ayat di atas memiliki hikmah yang dalam karena kebun-kebun yang ditanam di atas tanah tinggi dari tingkat air tanah, maka daun pepohonannya lebih banyak tumbuh dan akartnya tumbuh lebih dalam dan panjang ke dalam tanah. Terutama karena akar pohon buah-buahan tumbuh lebih dalam daripada akar tumbuh-tumbuhan yang lebih cepat menghasilkan. Oleh sebab itu, berlipat ganda jumlah pembuluh kapiler yang menghisap ke dalam tanah, maka semakin banyak mineral yang dihisapnya untuk menyuburkan batang dan daun-daunnya secara umum. Sehingga, berlipatgandalah hasil panennya dan buah-buahan yang dihasilkannya sebagai berkah dari Allah.
Sebaliknya, kebun yang ditanam di tanah yang sejajar dengan air tanah, maka ia tidak mendapatkan peredaran udara yang mencukupi di lahan pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak akarnya yang mati sehingga melemahkan pepohonan dan tidak mampu menyebar dengan bebas di dalam tanah. Oleh karena itu, barang siapa yang ingin berkebun, maka hendaklah ia memperhatikan agar tinggi air tanah tidak melebihi satu meter atau setengah meter di bawah permukaan tanah.
Telah terbukti ketika air tanah meninggi, maka penyakit timbul pada kebun-kebun yang terdiri dari pohon-pohon tinggi. Lalu, daun-daunnya menjadi kekuning-kuningan, dan kadangkala ia mati secara tiba-tiba. Sedangkan, jika air tanah lebih tinggi dari permukaan bumi, atau dekat darinya, maka kebun tersebut akan mati dalam waktu dua bulan.

G.10. Ilmu Hewan (Zoologi) : Susu dari Binatang Ternak

QS An-Nahl (16) : 66
66. dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.
Ayat ini mengarahkan perhatian kita untuk memperhatikan keagungan ciptaan-ciptaan Allah. Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Allah mengeluarkan susu yang bersih dan murni dari antara kotoran dan darah.
Dalam ilmu yang membahas fungsi organ tubuh hewan, menjelaskan bahwa hewan melalui sistem pencernaannya, mencerna makanan dan menyerap sarinya. Kemudian sari-sari tersebut berubah menjadi darah yang mengalir ke pembuluh-pembuluh darah untuk didistribusikan kepada sel-sel tubuh termasuk kantong susu.
Di dalam kantong susu ini, kelenjar susu mengambil unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat susu. Sehingga, pada akhirnya keluarlah susu murni dengan warna dan cita rasa yang khas. Dengan demikian, ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa susu yang lezat dan murni ternyata keluar dari antara kotoran dan darah.

G.11. Ilmu Serangga (Entomologi) : Lebah

QS An-Nahl (16) : 68
68. dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
Penelitian terhadap kerajaan lebah menunjukkan bahwa lebah menempuh jarak ribuan meter meninggalkan sarangnya untuk mencari sari-sari bunga. Ketika kembali, lebah tidak pernah keliru memasuki sarang lebah lainnya. Karena, Allah telah melengkapinya dengan semacam indera perasa elektromagnetik. Sesuai dengan firman Allah,

QS An-Nahl (16) : 69
69. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
Setelah lebah mengumpulkan sari-sari bunga di dalam perutnya, kemudian ia memprosesnya menjadi madu yang dapat menyembuhkan penyakit.
Madu yang dikatakan Al-Quran berkhasiat menyembuhkan penyakit, memang telah dibuktikan kebenarannya secara empirik di berbagai laboratorium. Di samping itu, para dokter menaruh perhatian yang sangat besar terhadap madu. Hal ini terbukti dengan banyaknya literatur-literatur atau artikel-artikel ilmiah yang membahas mengenai madu.
Informasi terbaru dalam penelitian madu adalah dengan ditemukannya zat anhipin yang memiliki fungsi unik. Zat ini bekerja menghentikan pertumbuhan mikroba kemudian membunuhnya. Hingga saat ini masih banyak hal-hal baru yang ditemukan dalam komposisi madu. Sehingga membuatnya menjadi salah satu sumber gizi yang paling istimewa bagi manusia.

G.12. Ilmu Kedokteran : Tahap-tahap Perkembangan Janin

QS. Al-Mukminun (23) : 12-14
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

QS. Al-Hajj (22) : 5
5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Dalam ilmu pengetahuan modern diketahui bahwa :
1. Pembuahan terjadi saat air mani dalam hal ini sel sperma bertemu dengan sel ovum.
2. 30 jam setelah pembuahan dimulai pembelahan sel janin manusia menjadi dua bagian.
3. Hari keenam janin siap memasuki tahap penempelan pertama ke rahim.
4. Akhir minggu pertama janin masih berbentuk sel-sel yang serupa dan dimulailah periode segumpal darah.
5. Minggu kedua dimulai proses pembentukan segumpal darah pada hari ke9 dan berakhir sekitar hari ke11 serta dimulainya pembentukan lapisan mikrobiologis eksternal (epidermis) dan internal (androdermis).
6. Minggu ketiga terbentuk janin setelah terbentuknya lapisan medium mesoderm. Disini dimulai masa segumpal darah yang tidak sempurna bentuknya. Bagian tubuh janin berubah dari bentuk bola yang menyerupai sel ke tubuh memanjang sehingga dapat dibedakan awal tubuh yang akan menjadi kepala dan akhir tubuh yang akan menjadi kaki. Seluruh perubahan dan pembentukan dimulai dari kepala menuju kaki. Telinga, mata, dan otak mulai terbentuk pada masa ini.
7. Minggu keempat jantung muncul, kemudian muncul isi perut yang lain secara berurutan seperti hati, limpa, ginjal, pankreas dan lain sebagainya. Juga muncul tulang belakang, kaki, dan tangan.

G.13. Ilmu Anatomi : Susunan Pusat-pusat Pendengaran dan Penglihatan di Otak

QS. As-Sajdah (32) : 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Terdapat suatu realita yang diyakini oleh para ulama tafsir. Yaitu, bahwa didahulukannya penyebutan “pendengaran” daripada “penglihatan” dalam banyak ayat Al-Quran mendorong mereka untuk menemukan sebab-sebabnya. Sebagian mereka ada yang berpendapat bahwa sebabnya adalah karena pendengaran lebih dimuliakan. Sebagian lagi berpendapat bahwa telinga adalah alat untuk mendengar seruan di dunia dan akhirat. Ulama lainnya berpendapat bahwa sebabnya adalah karena indera pendengaran pada bayi lebih dulu berfungsi daripada indera penglihatannya.
Akan tetapi, ilmuwan modern menjawab permasalahan ini karena ilmu anatomi sudah mampu membongkar sebuah kenyataan ilmiah terpendam. Yaitu, bahwa otak terdiri dari beberapa kepingan. Di antaranya keping otak bagian depan, dahi, pelipis, dan bagian belakang. Pada kepingan-kepingan tersebut terdapat bermacam-macam pusat indera, pusat gerak, dan lainnya.
Setelah mempelajari pusat-pusat pendengaran dan penglihatan, para ilmuwan menemukan bahwa pusat pendengaran terletak pada kepingan pelipis dari otak yang berhadapan dengan telinga. Sedangkan, pusat penglihatan terletak pada bagian belakang dari otak.
Apabila penyebutan pendengaran dan penglihatan dalam Al-Quran dengan mendahulukan sebutan “pendengaran” dan selanjutnya baru “penglihatan”, maka ini sesuai dengan susunan anatomi pusat-pusat indera pada otak secara tepat.
Fakta ilmiah yang ditetapkan oleh ilmuwan anatomi ini, baru dapat dibuktikan setelah 14 abad turunnya Al-Quran. Ini baru dari satu sisi. Sedangkan, dari sisi lainnya juga terdapat fakta ilmiah yang ditetapkan dalam ilmu embrio (embriologi). Yaitu, bahwa alat pendengaran lebih dahulu berkembang pada saat kita masih dalam bentuk janin, sebelum alat penglihatan. Telinga terus berkembang dan sempurna, sampai bulan kelima dari kehidupan janin sehingga sama dengan perkembangan telinga orang dewasa. Sedangkan, kematangan indera penglihatan tidak akan sempurna kecuali setelah kelahiran.
Janin sudah mulai mendengar suara-suara pada saat masih berada di dalam perut ibunya, tepat pada saat kandungan berumur lima bulan. Tetapi, janin tidak dapat melihat cahaya dan berbagai gambar kecuali setelah ia dilahirkan. Karena, saluran saraf pendengaran lebih dulu berkembang dan matang sebelum perkembangan saraf penglihatan. Perbandingan jangka waktu di antaranya cukup jauh.

G.14. Ilmu Kesehatan Makanan (Nutrisi) : ASI

QS. Al-Baqarah (2) : 233
233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Dari perintah Allah untuk menyusukan anak-anak selama dua tahun didapatkan banyak manfaat karena kandungan ASI yang sangat baik bagi perkembangan bayi. Diantara kandungan ASI adalah protein yang tinggi yang mengandung antibodi. Kemudian keistimewaan ASI lainnya adalah menjaga bayi dari tekanan darah rendah, susunan kandungan ASI berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan bayi, membunuh parasit kecil yang menyerang usus bayi, menumbuhkan kecerdasan anak. Sedangkan bagi sang ibu, pemberian ASI memberikan manfaat : terjaga dari kanker payudara, mengatur jarak antar kelahiran, mengembalikan rahim ke bentuk semula dalam waktu singkat.

G.15. Ilmu Metafisika : Berita ghaib tentang Ilmu Komunikasi Modern
Ilmu metafisika adalah ilmu di balik alam yang membahas tentang semua rahasia yang berada di belakang kehidupan beserta keanehan-keanehan yang disaksikan oleh manusia, semisal merasakan apa yang akan terjadi dan membaca berbagai pemikiran. Mengenai subjek dalam ilmu metafisika yang paling dapat menjelaskan adalah mengenai ruh akan tetapi hal ini termasuk dalam kategori yang disebutkan sebagai “ilmu pengetahuan yang manusia tidak diberikan pengetahuan mengenainya melainkan sedikit”. Sedangkan ada pembahasan lain yang masih termasuk dalam ruang lingkup ilmu metafisika akan tetapi saat ini sudah menjadi ilmu aplikasi teknologi seperti pemberitaan mengenai adanya transportasi canggih dan ilmu komunikasi modern. Pemberitaan semacam ini dapat dikategorikan sebagai berita ghaib yang termasuk dalam ruang lingkup ilmu metafisika karena diberitakan sebelum terjadinya. Berikut ayat mengenai pemberitaan akan adanya ilmu komunikasi modern :

QS. Saba’ (34) : 53
53. dan Sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu; dan mereka menduga-duga tentang yang ghaib dari tempat yang jauh.
Telah terjadi penglihatan dari jarak jauh kemudian dikenal dengan nama televisi yang memungkinkan seseorang dapat melihat hal-hal yang tidak diketahuinya dari jarak yang sangat jauh sedangkan ia berada di rumah. Hal ini sebagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain dari tempat yang jauh melalui perantara yang disebut telepon. Juga, sebagaimana dapat pula mendengarkan berbagai siaran audio dari berbagai tempat yang jauh yang dikenal dengan radio, dan lain sebagainya yaitu dari berbagai jenis alat komunikasi canggih yang datang untuk manusia dari suatu yang jauh dan tak kasat mata.

H. KESIMPULAN
Yang dimaksud dengan ilmu dalam Al-Qur’an sangat luas maknanya. Dari mulai wahyu dari Allah sampai ilmu-ilmu pengetahuan duniawi yang didapatkan dari percobaan dan penelitian oleh manusia. Akan tetapi satu yang dapat disamakan adalah semuanya itu bersumber dari Allah walaupun dalam proses pencariannya didapatkan oleh manusia akan tetapi karena izin Allahlah ilmu tersebut dapat diketahui oleh manusia.
Kemudian Allah juga mengisyaratkan adanya bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan duniawi yang tersirat dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu sangatlah dianjurkan agar umat Islam mempunyai kecintaan terhadap ilmu dan berusaha sesuai kemampuan masing-masing dalam usaha mencari ilmu.
Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an mengenai tema ilmu pengetahuan, metode yang digunakan berbeda dengan tema-tema lainnya yang lebih berhubungan dengan aspek religius yang sudah sering dibahas sejak abad keemasan Islam. Metodenya lebih banyak berfokus pada aspek kebahasaan Arab dilengkapi dengan urutan diturunkannya ayat-ayat Al-Qur’an.
Sedangkan mengenai kandungan Al-Qur’an mengenai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial sangat banyak sekali dan perlu dikaji lebih mendalam oleh Muslim di zaman ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Digital versi 2.1

Abdushshamad, Muhammad Kamil, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an (Edisi Terjemahan).
Jakarta : Akbar Media Eka Sarana. 2007.

Buletin Dwi-Mingguan Semata Edisi VIII tanggal 26 Februari 2009.

Digital Qur’an ver 3.2

http://edosegara.blogspot.com/2008/01/4-tahapan-pelarangan-riba-dalam-al.html

http://id.wikipedia.org

Mahali, A. Mujab, Asbabun Nuzul : Studi Pendalaman Al-Qur’an. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada. 2002.

Rosadisastra, Andi, Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial. Jakarta : Amzah. 2007.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Vol. 2).
Jakarta : Penerbit Lentera Hati. 2002.

Vol 1
__________, Tafsir Al Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Vol. 4). __________

__________, Tafsir Al Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Vol. 8). __________

__________, Tafsir Al Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Vol. 9). __________

__________, Tafsir Al Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Vol. 13). __________

__________, Tafsir Al Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Vol.14 ). __________

Disampaikan pada matakuliah Tafsir Maudhu’i STEI dan STAI Tiara Jakarta, dibawakan oleh H. A. Rifa’i Adam, Lc. M.A. pada Semester Genap 2008/2009

No comments: