Makro
Ekonomi Islam:
Untuk
memahami ekonomi makro Islam harus juga memahami ekonomi makro konvensional
yang digunakan di dunia saat ini, sehingga dapat mengetahui alternative solusi
yang ditawarkan oleh Islam terhadap masalah ekonomi makro dunia saat ini.
Merekonstruksi ulang, merubah paradigma, dan menambahkan value Islam kedalam
ilmu ekonomi makro.
Reason &
Sense -> knowledge -> ekonomi konvensional (aliran2 adam smith, Keynes,
dll)
Islam:
reason & sensenya harus dikonfirmasi oleh wahyu yang merupakan primary
resources (Quran dan Sunnah), antara reason sense dengan wahyu tidak boleh
saling melemahkan -> baru kemudian diturunkan menjadi knowledge ->
turunan akhir yang merupakan ilmu pengetahuan ekonomi Islamnya tidak dapat
dilepaskan dari keyakinan Islam dalam substansinya.
Pemahaman
substansif ekonomi Islam adalah bagian dari pemahaman keyakinan agama Islam,
oleh karena itu sebenarnya hal ini merupakan fardhu ‘ain untuk dipahami oleh
seluruh muslim.
Ada subjek2
yang sudah ditetapkan, ada yang merupakan hasil ijtihad ulama.
Ilmu ekonomi
adalah
-Konvensional:
individu harus membuat suatu keputusan, dengan 2 asumsi dasar: unlimited wants
& limited resources = scarcity / kelangkaan. Ekonomi mengelola kedua hal
ini agar tidak terjadi kelangkaan tersebut, dengan mempelajari perilaku /
behavior.
-Ekonomi
Islam mulai merubah paradigma dari pernyataan unlimited wants, yang
dipertanyakan dengan bahwa manusia punya value. Islam tidak sepakat dengan
pernyataan unlimited wants tersebut. Islam akan berusaha merekonstruksi paradigma
ini bahwa yang perlu dipuaskan bukan wants tetapi needs. Tingkat kebutuhan yang
perlu dipenuhi tidak sama dengan keinginan. Eksploitasi terhadap unlimited
wants menjadikan adanya keyakinan supply creates its own demand. Paradigma
limited resources pun tidak disetujui oleh Islam karena adanya jaminan rezeki
dari Allah terhadap seluruh makhluknya. Sehingga keyakinan ekonomi Islam adalah
zero scarcity karena wants telah dibatasi dengan needs dan adanya jaminan atas
anugrah Allah yang luas.
Consumer
behavior / tingkah laku konsumen , tujuannya memaksimumkan satisfaction /
maximum utility. Dalam konsep income menurut Islam maka ada pembagian yang
digunakan untuk kebutuhan hidup dan ada yang digunakan untuk fi sabilillah.
Contoh yang diwajibkan income dipotong terlebih dulu untuk ziswaf, misalnya
minimal 2,5%. Konsumsi tidak hanya untuk duniawi tetapi juga ada unsur ukhrawinya.
Masa golden
age Islam tahun 600 – 1350 dan kemudian 700 tahun pusat peradaban pindah di
western, oleh karena itu ada jeda panjang antara kejayaan Islam dengan dunia
saat ini. Pengetahuan yang sampai hanya romantisme kejayaan Islam tanpa ada informasi
detil mengenai bagaimana kejayaan tersebut tercapai. Saat ini harus dapat
mempelajari bagaimana menerapkan konsep Islam dalam ruang dan waktu modern,
oleh karena itu tidak dapat terlepas dari ilmu tentang kondisi dunia saat ini.
Saat ini tidak ada prototype Islam yang jelas sehingga harus dapat berimajinasi
untuk memecahkan masalah2 ekonomi makro, termasuk bagaimana cara menciptakan
instrumen2 ekonomi makro yang sesuai dengan Islam, menciptakan pasar riil yang
seimbang pergerakannya dengan pasar uang bukan pasar uang yang berkembang jauh
lebih cepat dibanding dengan pasar riil.
Dosen: Dr. Handi
Risza Idris
No comments:
Post a Comment