Saturday, March 29, 2014

PASCA: Filsafat dan Pemikiran Ekonomi Islam (5) KAJIAN ONTOLOGIS: ISLAMIC WORLDVIEW VS WESTERN WORLDVIEW



KAJIAN ONTOLOGIS: ISLAMIC WORLDVIEW VS WESTERN WORLDVIEW
Falsafah ekonomi dan falsafah pengetahuan dalam Islam.

Value Laten: hubungan kausalitas menjadi basis munculnya mekanisme pasar.
Worldview: the origin of universe and nature of human life
Setiap ciptaan Allah ada unsur kesengajaan dan tidak ada yang tidak sengaja.
Ontologis: hakikat tentang sesuatu
Bagaimana manusia memandang dunia akan berdampak pada penciptaan konsep di bidang ekonomi.
Pandangan dunia berbeda menciptakan pandangan kehidupan yang berbeda pula.
Tentang permasalahan ekonomi: sumber daya alam apakah terbatas atau cukup berlimpah.

Adanya persamaan makna worldview dengan paradigma.

Paradigma
Adalah basic point of view.
Ilmuwan harus memiliki referensi yang authoritative, sehingga tidak terjebak pada subjektifitas dalam melahirkan sebuah pengetahuan tertentu. Authoritative yaitu yang tidak ada lagi bantahan terhadapnya. Ilmu pengetahuan adalah hasil paradigma. Paradigma adalah sesuatu yang melatarbelakangi ilmu pengetahuan. Paradigma memiliki prinsip yang authoritative.
Sebagai muslim maka menjadi basic point of view / guidance principle dalam memandang dunia, akan berdampak pada proses konseptualisasi.


WESTERN WORLDVIEW

-Meninggalkan nilai2 keagamaan, dimulai sejak renaissance/enlightment/the age of reason abad 17-19.
-Memberikan kepercayaan absolut pada akal: yang benar adalah yang memberikan kesenangan.

Keimanan dan intuisi digantikan oleh akal.
Menghasilkan skeptisitas pada Tuhan dan kehidupan kekal: Tuhan sebagai pembuat jam yang membuat mekanisme alam semesta (Newtonian). Hanya membuat dan kemudian membiarkannya berjalan secara otomatis dengan sebab akibat. Kemudian memisahkan / mendikotomikan dunia dengan akhirat dalam pandangan sekularisme. Pandangan sekularisme terlembagakan termasuk dalam ekonomi. Contoh mekanisme pasar yaitu menyerahkan semua pada pasar “let the market adjust”. Jika ada permasalahan pada perusahaan serahkan pada pasar sehingga tercapai solusi dengan sendirinya.
Manusia sebagaimana alam semesta merupakan produk evolusi: hidup diawali dari lahir dan berakhir pada saat kematian. Sehingga timbul perilaku menikmati kehidupan tanpa memikirkan dampaknya.
Natural movement, berdasarkan fisika dan kimia, menghasilkan pemahaman kekuatan pasar.
Tetapi pada prakteknya juga diterapkan penetapan tarif dan kuota, dsb pada perdagangan.

Aliran2 filsafat barat yaitu:
1. Positivisme: jika tidak bisa diamati dan tidak bisa dirasakan maka tidak masuk akal, yaitu yang tidak bisa dibuktikan secara empiris maka dianggap tidak ada. Contoh: tidak percaya jika memberikan akan mendapatkan lebih banyak.
2. Materialisme: penolakan tuhan, benda adalah unsur sesungguhnya dari alam, materi dan kepuasan jasmani adalah nilai terbesar.
3. Determinisme: penolakan adanya jiwa, manusia bersifat pasif yang dipengaruhi oleh fisik, sosial dan psikis yaitu yang dipengaruhi lingkungan eksternal tanpa adanya kekuatan internal (fitrah) pada awalnya. Manusia ditentukan oleh orang lain.
4. Utilitarianisme: baik buruk ditentukan oleh kesenangan dan kesusahan, jika senang maka baik dan jika susah maka buruk. Memaksimalkan pendapatan dan memuaskan keinginan.

Masyarakat abad 20 tidak sepenuhnya mengikuti pemahaman tersebut, dan selalu berevolusi, dengan adanya scientific paradigm. Muncul shifting paradigm yaitu dengan adanya pemikiran2 baru yang berbeda dengan pemikiran2 yang disebutkan sebelum ini. Contohnya yaitu ajaran humanism. Pada saat terjadi shifting paradigm ini terjadi kemungkinan untuk beririsan dengan ajaran Islam, dan kembali merapat pada nilai2 etika. Contoh praktek: di korporasi munculnya benefit corporation, adanya isu ethical finance yang kemudian menjadikan ekonomi Islam dapat diterima di beberapa Negara, gerakan kembali ke rumah yaitu untuk memunculkan keharmonisan dengan keluarga, dll.

Ekonomi Islam seharusnya tidak hanya membahas dalam aspek aksiologis, tidak hanya ikut2an dengan barat. Contohnya dalam pembahasan wealth management dan ditambah dengan “Islamic”, hal itu hanya berada dalam tataran aksiologis. Adapun seharusnya menarik dari awal yaitu dalam tataran epistemologis bahkan dalam tataran ontologis. Contoh: kata2 kekayaan dalam pembahasan wealth management ditarik ke tataran ontologis yaitu mencari sumbernya dalam tradisi ajaran Islam dan menemukan istilah yang lebih baik yaitu al maal (harta, *pengelolaan harta). Contoh: substansi manajemen risiko dalam kisah Nabi Yusuf as dalam menghadapi 7 tahun masa panen yang diikuti dengan 7 tahun masa kekeringan. Membedakan antara risiko bisnis dengan risiko yang dijadikan cara untuk mencari keuntungan (spekulasi).
Literatur yang ada tentang prinsip2 ekonomi Islam seharusnya tidak dianggap sebagai sesuatu yang sudah final, tetapi membuka peluang untuk review dan pengembangan serta membawanya ke tataran praktek. Pentingnya riset yaitu memperbaiki yang rusak dan mengembangkan yang baik.
*Catatan dari economic hitman yaitu dengan cara membuat negara2 dunia ketiga terbelit hutang dan kemudian mengambil sumber daya alam nyatanya menjadi keuntungan bagi “the Feds”, yaitu menjebak dengan pasar keuangan untuk mengambil asset riilnya.

Filsafat barat mulai abad 17 tersebut memunculkan ekonomi sekuler yaitu mencabut ekonomi dari etika (pareto optimum concept).
Pendekatan positif yang membahas “what is” dan jauh dari pembahasan what ought to be.
Tetapi pada abad 20 sudah muncul kritisi2 untuk ekonomi kapitalis tersebut oleh kapitalis modern, sehingga muncul kapitalis religious seperti adanya triple bottom line dalam pengukuran kesuksesan suatu perusahaan.

Scientific paradigm dimulai dengan komunitas ilmiah yaitu yang melihat permasalahan yang ada secara empiris dan mengamati serta mencari apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya sehingga menghasilkan kritisi atas sistem yang sudah ada.
Konsep Islamic worldview telah ada lengkap dengan segala macam scientific worldviewnya di segala bidang, tugas muslim untuk menurunkan pandangan hidup Islam tersebut menjadi praktek2 di berbagai macam bidang. Yaitu menghasilkan keilmuan yang rumit, tetapi menjelaskannya dengan bahasa yang dapat dimengerti dengan baik. Menggunakan pendekatan deduksi dan induksi. Contoh: kata2 pemberdayaan yaitu tamkin dan empowerment. Pendekatan deduksi dari pesan2 Quran untuk menjadikannya dapat dipraktekkan di berbagai bidang kehidupan.
Tambahan mencari bacaan2 tentang produk ekonomi kapitalis religious tersebut.
Bahasa pembahasan ilmu barat (scientific paradigm) itu adalah proses pertumbuhan menuju kematangan / kedewasaan, sedangkan dalam Islam sudah ada petunjuk yang matang tetapi harus diturunkan dan dikembangkan ke tataran yang lebih detil dan praktis, serta menjadi konsep yang baku. Contoh ayat terpanjang dalam Quran yaitu Al Baqarah: 282 berbicara tentang masalah hutang yang bersifat sosial harus dicatat, substansinya yaitu yang sosial saja harus dicatat apalagi yang bersifat bisnis hal ini membahas tentang akuntasi dan mitigasi risiko kerugian pihak institusi dari kesengajaaan pihak nasabah untuk melakukan moral hazard.
*catatan pandangan untuk latar belakang tesis

Worldview terkait bidang ekonomi yaitu menjawab pertanyaan2 mendasar dan kemudian jawabannya menghasilkan konsep yang membawa kesejahteraan manusia secara keseluruhan (rahmatan lil alamin) dan tidak hanya keuntungan bagi sebagian orang saja seperti yang terjadi pada sistem kapitalisme awal.

Dosen: Dr. Yulizar D. Sanrego, M.Ec.

No comments: